Selasa 19 Nov 2019 13:25 WIB

Pakar SDM: Ini Langkah Mencegah Radikalisme di Tubuh BUMN

Pencegahan radikalisme harus melalui pendekatan berbeda sesuai kondisi lingkungan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Maman Sudiaman
M. Hamied Wijaya
Foto: Republika/Prayogi
M. Hamied Wijaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencegah radikalisme di tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak cukup dengan mengeluarkan berbagai aturan semata. Pakar pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Hamied Wijaya menilai pencegahan radikalisme harus melalui pendekatan yang berbeda.

Hamied mengatakan direksi setiap BUMN harus lebih memahami kondisi lingkungan pegawai sendiri. Kata Hamied, para direksi (yang beragama Islam-red) harus lebih aktif menjalankan shalat berjamaah bersama para pegawai di masjid yang ada di lingkungan tempatnya bekerja. Melalui pendekatan tersebut, para direksi bisa memberikan pemahaman kepada para pegawai dengan cara-cara yang efektif.

Hamied yang juga menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo I mengaku sangat aktif berinteraksi dengan para pegawai, terutama dalam hal menjalankan ibadah shalat berjamaah. Hal ini tidak mengherankan mengingat Hamied pernah menjadi ketua Badan Dakwah Islam di Pelindo I. Dirinya juga kerap mengimami para pegawai tatkala waktu shalat tiba.

"Nawaitu saya, masjid kita gunakan untuk kebaikan atau kemaslahatan umum yang tujuannya meningkatkan kualitas pegawai," ujar Hamied saat berbincang dengan Republika di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, baru-baru ini.

Hamied juga menerapkan kebijakan untuk menghentikan rapat saat azan tiba dan menjalankan shalat secara berjamaah. Hamied memahami kadar keimanan seseorang tentu berbeda. Namun sebagai direksi, Hamied selalu mengingatkan akan keseimbangan bekerja dan beribadah sebagai dua hal yang tidak bisa dipisahkan bagi seorang Muslim.

"Kalau direksi nggak ngerti permasalahan, jarang ke masjid lalu melarang ini-itu tidak akan berani, nanti dibalikkan, bapak tidak pernah ke masjid," ucap Hamied.

photo
Direktur SDM Pelindo 1 M.Hamied Wijaya memberikan materi pada seminar di Jakarta, Kamis (5/9).

Sebagai imam masjid, Hamied juga menjalin hubungan yang intens dengan para pengurus masjid. Meski melakukan pendekatan yang humanis, Hamied tak segan-segan bertindak tegas, termasuk melarang ceramah-ceramah yang bernada provokatif di lingkungannya bekerja.

Hamied juga memantau aktivitas percakapan di grup layanan pesan instan, WhatsAp pengurus masjid di Pelindo I. Hamied menghargai berbagai perbedaan pendapat. Namun Hamied dengan tegas akan memanggil anggota pengurus yang terus-menerus menyebarkan berita bohong atau hoaks, bahkan menjurus fitnah.

"Kalau sudah fitnah, orangnya saya panggil. Saya peringati kalau membandel. Saya tidak peduli pendapat mereka, yang penting berhenti sebarkan yang hoaks," kata Hamied.

Hamied tak ingin isu radikalisme berkembang di tubuh Pelindo I. Hamied mengaku akan bertindak tegas kepada oknum pegawai yang membawa atau memaksakan paham radikalisme. "Ini saya lakukan agar tidak terjadi perpecahan yang membuat motivasi dan produktivitas pegawai menjadi turun ini," ucap Hamied.

Hamied menilai Badan Dakwah Islam di Pelindo I cukup aktif dengan berbagai program yang dilakukan hasil dari sumbangan pemotongan 2,5 persen gaji para pegawai, termasuk dirinya. Hasil dana ini, kata Hamied, bisa dimanfaatkan Badan Dakwah Islam Pelindo I untuk membantu program desa binaan, masyarakat binaan, hingga anak asuh binaan. Tak hanya itu, melalui dana ini, Badan Dakwah Islam Pelindo I juga memberangkatkan sejumlah ustaz untuk berdakwah di desa-desa binaan Pelindo I yang ada di Sumatera Utara.

"Pegawai sudah bekerja dari pagi sampai malam. Dengan kumpulkan dana bisa memperpanjang amal untuk membantu sesama," kata Hamied.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement