REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Teknologi saat ini terus berkembang pesat. Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Suminto A Sayuti mengatakan, perkembangan teknologi tersebut harus diimbangi dengan kearifan lokal.
"Dalam diri kita harus mensinergikan keduanya," kata Suminto saat mengisi seminar bertajuk 'Realisasi Iptek, Sains dan Kearifan Lokal dalam Meningkatkan Daya Saing Pemuda di Era 4.0' di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, pemikiran berbasis kearifan lokal perlu disinergikan dengan perkembangan yang terus terjadi. Sebab, terdapat nilai-nilai budaya tradisional dalam kearifan lokal.
Hadirnya teknologi, katanya, dapat menghilangkan kearifan lokal itu sendiri. Dengan begitu, sinergi antara kearifan lokal dan teknologi mutlak untuk dilakukan.
"Jika tidak hati-hati, era disruptif bisa menjebak. Semua pihak harus memiliki kesadaran soal teknologi. Jangan lupa akar kultur kita yang penuh dengan kearifan lokal," ujarnya.
Bahkan, ia juga menyebut etnonasionalisme atau nasionalisme etnis di Indonesia sudah mulai luntur. Mirisnya, kata Suminto, yang ada saat ini hanya nasionalisme dari irisan lokalitas.
"Nilai-nilai lokalitas dirumahkan lewat bahasa Indonesia. Pembelajaran harus higher order thinking skills dengan basis kearifan lokal agar kita tidak dilahap kerakusan robot teknologi," jelasnya.