REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sebanyak 13 ekor sapi mati tersambar petir di Dusun Lima Kolana, Desa Balok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT. Pemerintah setempat memperkirakan kerugian akibat insiden tersebut mencapai Rp 98 jutaan.
"Sebelumnya saya mau luruskan dulu bahwa yang mati tersambar petir itu 13 ekor sapi, satu ekor lagi dinyatakan masih hidup," kata camat Kupang Barat, Kabupaten Kupang Yusak A Ullin kepada Antara di Kupang, Jumat (6/12).
Para pemilik sapi yang merugi tersebut antara lain Junus Mimfini, Daub Tosi, Yakob Apaut, Bincar Susang, Lukas Saketu, dan Ance Apaut. Mereka sebenarnya adalah warga dari desa tetangga, yakni Nitneo.
Menurut Yusak, Junus merugi sebesar Rp 21 juta karena dua ekor sapinya tewas, yakni sapi betina dan jantan. Sementara itu, Daub mengaku dua ekor sapi jantannya ikut tersambar petir dan mati. Angka kerugian yang dideritanya sekitar Rp 7 juta.
Yusak mengatakan, kerugian atas kematian dua ekor sapi betina dan satu ekor sapi jantan milik Bincar sekitar Rp 21 juta. Sementara itu, Lukas merugi sebanyak Rp 14 juta akibat tiga ekor sapi betina tewas tersambar petir.
Lantas, Ance didera kerugian sebesar Rp 7 juta setelah satu ekor sapi betinanya tewas tersambar petir. Terkait bangkai sapi tersebut, Yusak belum mendapatkan informasi lebih lanjut. Ia menduga, kemungkinan bangkai sapi telah dikuburkan oleh pemiliknya.
"Kejadian itu tetntu memberikan pelajaran buat kita semua, khususnya para peternak agar tidak mengembalakan sapi-sapinya saat musim hujan seperti ini," ujarnya.
Kadis peternakan NTT Dany Suhadi dikonfirmasi mengatakan bahwa ternak tersambar petir itu sebenarnya sudah sering terjadi, tetapi memang baru kali ini terjadi di daerah itu. Ia menjelaskan bahwa ketika sapi berada di daerah terbuka saat hujan dan petir, mereka bisa saja tersambar.
"Kejadian ini sebenarnya sudah biasa, tetapi di NTT mungkin baru pertama kali terjadi," kata dia.