Rabu 04 Dec 2019 04:14 WIB

Babel Pelajari Pengelolaan Air Hujan di Sleman

Pengelolaan air hujan diharapkan jadi solusi air bersih di Babel.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Hujan
Foto: freespeakplanet.wordpress.com
Hujan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemprov Bangka Belitung akan mengadopsi pengelolaan air hujan yang ada di Kabupaten Sleman. Tepatnya, yang dikembangkan Komunitas Banyu Bening di Dusun Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik.

Bahkan, sudah dilakukan penandatanganan MoU antara Pemprov Bangka Belitung dengan Komunitas Banyu Bening, Sabtu (30/11) lalu. MoU ditandatangani tepat ketika pelaksanaan Kenduri Banyu Udan 2019.

Baca Juga

MoU sendiri berisikan kesepatakan alih teknologi pengelolaan air hujan secara terintegrasi. Itu akan menjadi salah satu solusi air bersih di Bangka Balitung.

Kepala Pelaksana BPBD Bangka Belitung, Mikron Antariksa mengatakan, kondisi air tanah di sebagian provinsi memang tidak layak konsumsi. Padahal, curah hukan di sana terbilang tinggi dan sepanjang tahun.

"Jadi, kami melihat air hujan ini bisa jadi solusi," kata Mikron.

Penandatanganan MoU sendiri dilakukan Wakil Gubernur Bangka Belitung, Abdul Fatah dan Ketua Yayasan Mutiara Banyu Langit, Sri Wahyuningsih. Turut hadir menyaksikan Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun.

Dalam sambutannya, ia mengingatkan jika DIY, khususnya Kabupaten Sleman, tengah menyambut datangnya musim hujan. Karenanya, Sri mengimbau masyarakat bersiap untuk menampung air hujan yang ada.

"Memasuki musim hujan ini, sangat bijak jika masyarakat mempersiapkan tandon air, sehingga dapat memanen air hujan agar tidak membeludak dan menimbulkan banjir," ujar Sri.

Sri mengapresiasi Komunitas Banyu Bening karena telah memberikan kontribusi yang nyata. Bahkan, tidak cuma untuk masyarakat yang ada di Kabupaten Sleman, tapi sudah bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Ia melihat, kegiatan-kegiatan seperti Kenduri Banyu Udan tersebut tidak hanya dalam rangka menyambut air hujan. Tapi, melestarikan pula kebudayaan yang ada yakni lewat kirab dan tari-tariam tradisional.

"Kegiatan ini sekaligus membangun karakter generasi penerus karena yang hadir dari balita hingga orang dewasa, dan berbagai komunitas air hujan yang ada di Indonesia," kata Sri.

Ketua Komunitas Banyu Bening, Sri Wahyuningsih menambahkan, kenduri itu menjadi sarana mengajak banyak orang untuk lebih dekat dengan air. Termasuk, untuk lebih mengenal dan memahami fungsi-fungsi air.

"Kami sengaja membuat Kenduri Banyu Udan setiap tahun, selain sebagai ucapan rasa syukur atas berkah dari air hujan juga sarana sosialisasi mengenai pentingnya air hujan," kata Sri.

Ini merupakan pelaksanaan kenduri yang keempat kali sebagai langkah untuk mengedukasikan masyarakat soalpemanfaatan air hujan. Dengan pemanfaatan diharapkan tidak terjadi lagi eksploitasi air tanah.

Sebab, Sri menegaskan, eksploitasi air tanah yang berlebihan miliki potensi memunculkan permasalahan air lingkungan. Selain itu, warga dapat menghemat pengeluaran untuk mereka mendapatkan air bersih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement