REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Selatan, Iriansyah mengatakan, mulai hari ini, Ahad (1/12) satuan tugas (satgas) kebakaran hutan dan lahan (Kahutla) resmi di tutup. Begitu pula dengan posko kahutla Sumatera Selatan (Sumsel) yang juga telah ditutup.
“Sumatera Selatan sudah bebas asap, selain itu, jarak pandang sudah lebih dari 10 kilometer dan ISPU dibawah 50,” kata Iriansyah dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (1/12).
Menurut Iriansyah, pasca kabut asap tebal menyelimuti Palembang, banyak sekali hal-hal yang harus diperbaiki. Termasuk kata dia, kekurangan dalam operasional lapangan pun turut menjadi bahan evaluasi untuk satgas.
Hadir dalam acara penutupan satgas Kahutla Sumsel, Kepala BNPB Doni Monardo. Menurut Doni, ada dua cara mengatasi Karhutla, pertama mengubah perilaku masyarakat dan kedua jangan membuat lahan gambut kering, karena padahakekat gambut selalu basah, berair dan rawa.
"Lebih baik negara membayar untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, daripada untuk membiayai pemadaman api,” kata Doni.
Doni juga berpesan kepada masyarakat maupun pihak-pihak tertentu agar tidak boleh lagi ada kebakaran hutan dan lahan. Selain itu juga ia menekankan agar masyarakat diberikan sosialisasi serta penghidupan ekonomi atau lapangan kerja sehingga mengurangi bertambah luasnya hutan dan lahan yang terbakar.
Dansatgas yang juga Danrem 044/Gapo Garuda Dempo, Kolonel Arh Sonny Septiono menambahkan, bahwa selama pemadaman Karhutla, tercatat ada 11.310 petugas gabungan yang terlibat. Selain itu juga tercatat hotspot tertinggi di Sumatera Selatan adalah pada 2015 dengan 27.043 hotspot, 2018 dengan 2.081 hotspot dan 2019 dengan 17.015 hotspot.
“Sudah 106.194.000 liter air untuk pemadaman api dan 115,5 ton penaburan garam TMC untuk hujan buatan. Sebanyak 46 orang ditangkap dan 312 desa yang terjadi Karhutla,” kata dia.