Rabu 27 Nov 2019 15:20 WIB

Aktivis 212 dan Pemerintah Disarankan Duduk Bareng Bahas HRS

Kepulangan HRS di Indonesia dinilai bisa mengklarifikasi informasi.

Habib Rizieq Shihab.
Foto: Mahmud Muhyidin
Habib Rizieq Shihab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai, menjelang reuni 212 akan lebih adem kalau sudah ada kepastian soal Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab(HRS) bisa pulang ke Indonesia. Dengan begitu tidak ada pihak yang saling berhadapan.

"Artinya (pada reuni nanti) sudah tidak ada lagi isu-isu kriminalisasi, isu pencekalan, dan sebagainya. Tetapi kalau tidak ada kepastian, selama itu juga orang akan menghadap-hadapkan (pemerintah dengan FPI dan 212),” kata Adi Prayitno di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Kepastian tersebut, kata dia, nantinya juga akan menjernihkan informasi terhadap status HRS yang selama ini tidak bisa kembali ke Indonesia. "Soal apakah betul ada pencekalan atau tidak? sekarang kan saling bantah-bantahan nih, ini yang sebenarnya harus jelas, harus ada kejelasan letak kenapa HRS tidak pulang," kata dia.

Jika ingin sebuah langkah maju, menurut Adi, FPI, aktivis 212 dengan pemerintah sebaiknya duduk rembuk bersama menelusuri letak persoalan itu daripada saling "sahut-sahutan" seperti belakangan ini.

"Kalau duduk bersama nanti tahu apa sebenarnya yang terjadi, kalau dicekal kan gampang pakai jalur diplomasi, atau bisa saja problemnya Habib Rizieq yang nggak mau pulang," ucapnya.

Sementara itu, Adi menyayangkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dalam Kegiatan APPSI Selasa 26 November 2019 yang mengatakan bahwa stabilitas politik semakin adem semenjak 01 dan 02 bergabung dan tinggal urusannya di 212.

"Ini akan semakin memperkeruh keadaan, apa susahnya bertemu, ngobrol. Saya yakin persoalannya sudah sama-sama tahu, hanya saja bagaimana jalan keluarnya, itu saja," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement