Selasa 26 Nov 2019 18:03 WIB

Kendala Pembangunan Pabrik Baterai Mobil Listrik Morowali

Pabrik baterai mobil listrik di Morowali akan segera dibangun namun masih ada kendala

Rep: Iit Septiyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pengisian baterai mobil listrik(ilustrasi)
Foto: antara
Pengisian baterai mobil listrik(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pabrik baterai untuk mobil listrik di Morowali, Sulawesi, akan segera dibangun. Hanya saja pemerintah menyatakan, masih ada kendala.

Direktur Jenderal Ketahanan Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi mengatakan, kendala tersebut terkait regulasi. Pasalnya, perizinan Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) pabrik itu belum selesai.

Lebih lanjut, kata dia, Indonesia belum sepenuhnya menguasai teknologi pembuatan baterai. "Itu kan baru di bahan baku baterainya. Jadi bertahap, teknologi baterainya harus kita kuasai dulu," ujar Doddy kepada wartawan di Jakarta, Selasa, (26/11).

Berikutnya, tutur Doddy, bahan baku harus disesuaikan tergantung jenis baterai. "Apa baterai pack atau baterai cell," katanya.

Menurut dia, materi atau bahan membuat baterai untuk kendaraan listrik terus dikembangkan. Logam yang digunakan misalnya, harus lebih ringan.

"Jadi (baterai kendaraan listrik) bukan pakai logam biasa. Itu terlalu berat," kata Doddy. Dirinya menegaskan, pemerintah berupaya mendorong industri turut mendukung pengembangan kendaraan listrik.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri Johnny Darmawan menambahkan, tidak mudah merealisasikan kendaraan listrik di Tanah Air. Alasannya, masih banyak masalah yang harus diselesaikan dahulu.

Di antaranya, lanjut dia, terkait pengisian baterai mobil nantinya. "Ada yang ngomong 30 menit (pengisian). Yang saya tahu, di dunia ini ada paling cepat dua jam, jadi dihitungnya mahal," ujar Johnny pada kesempatan serupa.

Harga baterai kendaraan listrik yang masih mahal juga menjadi persolan. Belum lagi berkaitan dengan lingkungan.

"Baterai limbah nggak bisa dibuang, dipendam. Jadi ekosistem semua perlu dibenahi," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement