REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN — Pemerintah Indonesia optimistis akan menuju masyarakat 5.0, karena mereka sudah terbiasa dengan teknologi dan dunia digital. Kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) dan internet sudah menyatu dengan mereka yang digunakan untuk mewujudkan pembangunan.
Hal itu disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Moeldoko saat memberikan kuliah umum dalam wisuda 2.768 sarjana Universitas Terbuka di Tangerang Selatan, Banten pada Senin (25/11).
Masyarakat 5.0 berpusat pada manusia. Basisnya adalah teknologi. Jepang yang memulai konsep ini untuk dijadikan acuan dalam kehidupan dan pembangunan negeri.
Gagasan tersebut merupakan pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai masih memiliki kekurangan, yaitu mendegradasi peran manusia. Teknologi dan segala yang berkaitan dengannya menjadi sangat didewakan yang berakibat pada berkurangnya peran serta manusia.
Masyarakat 5.0 tidak demikian. Dia tetap menjadikan manusia sebagai acuan, karena daya intelektual dan emosi manusia menghasilkan banyak kemajuan dan inspirasi kehidupan.
Melalui konsep ini, kecerdasan buatan akan memanfaatkan data raksasa (big data) untuk kearifan. Arahnya adalah mengimprovisasi kemampuan manusia sehingga membuka peluang dengan tetap berpegang pada prinsip kemanusiaan.
Panglima TNI periode 2013-2015 ini menjelaskan saat ini Indonesia sedang berjalan menuju masyarakat 5.0. Ada lima tanda kehidupan Indonesia menuju masyarakat 5.0. Pertama adalah penerapan Indonesia Maju. Ini adalah Indonesia yang setiap warganya tidak tertinggal mencapai cita-cita. Dengan Indonesia Maju warga terlepas dari kemiskinan dan keterbelakangan. “Kita semua mengarah pada pembangunan peradaban, terbuka untuk inovasi dan sinergi,” imbuhnya.
Untuk menuju ke sana, Pemerintah RI berkomitmen membangun infrastruktur yang dampaknya kini dirasakan masyarakat luas. Daerah satu dan lainnya menjadi terhubung. Masyarakatnya menjadi mudah bermigrasi dan meningkatkan daerah kerjanya, sehingga konektivitas semakin luas dan perekonomian semakin terbangun.
Kedua adalah Indonesia yang demokratis. Kebebasan menjadi tradisi. Pendapat mereka terekspresikan dan tersalurkan sehingga menjaga pemerintah pada jalur yang tepat untuk meningkatkan pembangunan. Warga menjadi kian sejahtera. Perekonomian semakin tumbuh.
Dengan demokrasi, semua elemen bangsa beharap menikmati hasil. “Inovasi ditambah demokrasi dan kapitalisasi akan menghasilkan kemakmuran dan keamanan,” ucapnya.
Ketiga, Moeldoko menjelaskan setiap warga memiliki hak yang sama di depan hukum. Masyarakat berlatar belakang apa pun dan siapa pun orangnya diperlakukan sama. Mereka yang bersalah akan ditindak. Hukum akan ditegakkan demi kemaslahatan dan keadilan. Hukum, jelas Moeldoko, ditegakkan untuk semua kalangan.
Keempat adalah Indonesia menguasai pengetahuan dan teknologi. Inovasi ini terbukti memudahkan kehidupan dan mempercepat manusia menggapai impian. Hal ini dimanfaatkan oleh semua orang. “Contoh saat ini Indonesia telah telah membangun infrastruktur teknologi di seluruh wilayah timur,” kata purnawirawan ini.
Terakhir adalah Indonesia yang mampu menjaga kedaulatan bangsa dan negaranya di tengah dunia yang semakin kompetitif. “Kita semua merasakan persaingan yang semakin ketat. Semua berkompetisi. Dalam situasi ini, kita harus menjadi pemain,” tambahnya.
Untuk menuju masyarakat 5.0, pihaknya menjelaskan bahwa pemerintah memprioritaskan pendidikan karakter berbasis Pancasila. Kemudian meningkatkan investasi dan inovasi.
Lainnya adalah deregulasi: memotong semua regulasi yang menghambat peningkatan investasi. Kemudian menciptakan lapangan pekerjaan dan memberdayakan teknologi. Nantinya akan ada ekosistem investasi. Ketika pemodal datang, otomatis lapangan pekerjaan akan terbuka luas.
“Dari situ para pekerja nantinya mendapat upah. Upah itu nanti digunakan untuk membeli bahan pokok oleh mereka, seperti tahu juga tempe. Itu secara otomatis akan membuat petani kedelai kita subur, berlaku juga bagi petani yang lain,” tambahnya.