Jumat 22 Nov 2019 06:07 WIB

Penggunaan Sampah Plastik untuk Bahan Bakar Jadi Perhatian

Sampah plastik dinilai berbahaya dan perlu dikurangi penggunaannya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Gita Amanda
Penggunaan sampah plastik untuk bahan bakar dinilai berbahaya bagi kesehatan. (Ilustrasi)
Foto: Republika
Penggunaan sampah plastik untuk bahan bakar dinilai berbahaya bagi kesehatan. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Industri tahu yang ada di Desa Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur menggunakan sampah plastik impor sebagai sebagai bahan bakar. Hal tersebut pun menjadi perhatian banyak pihak. 

Salah satunya, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga (Suka) bidang ilmu biologi, Maizer Said Nahdi. Ia pun menyayangkan penggunaan sampah impor tersebut. 

"Itu menarik karena sampahnya diimpor, bukan dari kita. Kita sudah kebanyakan sampah, ditambah sampah lagi," kata Maizer kepada Republika di UIN Suka, Kamis (21/11). 

Ia mengatakan, perlu ada upaya lebih untuk mengurangi sampah plastik ini. Terlebih, Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik terbesar. 

"Yang namanya sampah plastik itu pasti bahaya. Kalau bagi saya, kita harus berusaha mengurangi plastik. Walaupun Itu susah, harus dilakukan. Kalau tidak mulai kapan lagi," ujarnya.

Menurutnya, masyarakat juga masih belum terbiasa dengan pemilihan sampah organik dan non organik. Padahal, pemilahan sampah harus dimulai dari rumah tangga. 

"Pengelolaan sampah itu harus dari rumah tangga. Tidak bisa kita hanya pasrah kepada pembuang sampah di TPA TPS itu. Di rumah tangga itu harus ada gerakan memilah sampah," ujarnya. 

Regulasi terkait pengelolaan sampah sendiri, lanjutnya, sudah ada. Namun, pemerintah masih kurang dalam hal sosialisasi terkait hal tersebut kepada masyarakat. 

"Sosialisasi itu bisa melalui pejuang konservasi, bisa lewat ulama, bisa melalui aktivis lingkungan," tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement