Rabu 20 Nov 2019 10:55 WIB

Bamsoet dan Airlangga Dinilai Sama-Sama Kuat

Bamsoet dan Airlangga sama-sama memiliki posisi strategis di pemerintahan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kanan) saat menghadiri pelantikan pimpinan MPR periode 2019-2024 di ruang rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kanan) saat menghadiri pelantikan pimpinan MPR periode 2019-2024 di ruang rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Parameter Research Consultant, Edison Lapalelo menilai dinamika Partai Golkar bakal berdampak pada situasi politik nasional. Sebab, sebagai partai yang besar hasil Munas sangat dinantikan banyak politikus, terutama para kader.

"Kepastian seorang Ketua Umum Partai Golkar yang baru akan menjadi password bagi jejaring sistem politik Nasional dimana kita tahu bersama Golkar adalah Partai yang memainkan ritme Politik Nasional baik terhadap teman koalisi maupun teman oposisi," ujar Edison kepada Republika.co.id, Selasa (19/11).

Baca Juga

Edison menilai, Airlangga Hartarto sebagai ketua umum partai secara organisatoris harus bertanggung jawab ke luar dan ke dalam. Ia menganggap dari fakta politik dan realitas politik hari ini bisa dikatakan bahwa Airlangga berhasil memimpin Partai Golkar. Karena itu keberhasilan Airlangga adalah kesuksesan semua Kader partai Golkar.

"Sehingga saya rasa layak kembali memimpin Partai Golkar. Tetapi sepenuhnya hak ini dikembalikan kepada DPD I dan DPD II sebagai peserta Munas dalam menentuan siapa yang layak," kata Edison.

Namun bagi Edison, peluang yang dimiliki oleh Airlangga dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang sebagai calon ketua umum adalah sama-sama kuat. Pasalnya, kedua politikus itu mempunyai posisi yang strategis dalam tata kelola pemerintahan yang berdampak pada berpolitikan nasional.

"Sehingga bagi saya 50-50. Karena kami juga menemukan pergerakan-pergerakan yang senyap yang dilakukan oleh DPD I dan DPD II Partai Golkar seluruh Indonesia dan presentasenya diatas 75 persen pemilik suara DPD I dan DPD II masih ditemukan bergerak (Swing)," jelas Edison.

Edison meminta publik dan para kader Golkar tidak mengaitkan dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jelang Munas Golkar. Sebab, itu justru akan mengkerdilkan posisi Presiden Jokowi. Apalagi, kata Edison, Presiden secara pribadi punya kedekatan, baik dengan Airlangga maupun Bamaoet.

"Kita tahu persis bahwa Jokowi merupakan Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) jadi jangan kita opinikan intervensinya ke Partai Golkar," tutup Edison.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement