Rabu 20 Nov 2019 06:43 WIB

Potensi Ekonomi Pengembangan Peternakan Ayam KUB Cukup Besar

Usaha ayam KUB ini ada dua kemungkinan keuntungan yang bisa diraup peternak.

Ternak Ayam ilustrasi
Foto: Antara/Syaiful Arif
Ternak Ayam ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pengembangan ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) oleh Balai Pengkajian Teknoogi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah telah merambah 33 dari 35 kabupaten/ kota yang ada di Jawa Tengah.

Hal ini menghadirkan optimisme ayam hasil pemuliabiakan yang telah dikembangkan BPTP Balitbang Jawa Tengah tersebut bakal menjadi solusi bagi kebutuhan protein masyarakat sekaligus penggerak perekonomian rakyat di Jawa Tengah, khususnya di sektor peternakan.

Kepala BPTP Jawa Tengah, Joko Pramono mengungkapkan, animo masyarakat untuk mengembangkan ayam KUB sangat besar dan persebarannya hampir merata di 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah.

“Jika sudah seperti itu, artinya mereka sudah bisa mendapatkan keuntungan dari usaha budidaya ayam KUB ini,” jelas Joko, saat dikonfirmasi perihal peluang pengembangan ayam KUB, Rabu (20/11).  

Secara ekonomi, lanjutnya, usaha ayam KUB ini ada dua kemungkinan keuntungan yang bisa diraup peternak. Ia mencontohkan, kalau memelihara ayam KUB dengan DOC ini rasionanya 1 : 5 atau satu ekor pejantan : lima ekor betina.

Bahkan, seandainya saat membeli bibit 500 ekor ternyata sebagian banyak jantannya, maka dalam waktu dua bulan ayam KUB jantan tersebut sudah bisa dijual dengan bobot 1 kilogram serta kisaran harga Rp 35 ribu per ekor.

Karena ini ayam kampung, jadi nilai keekonomiannya bukan seperti ayam potong biasa atau jenis ayam broiler yang sudah terlebih dahulu populer diternakkan. Bahkan ayam KUB ini juga berbeda dengan ayam Joper (Jowo Super).

Namun merupakan ayam kampung unggul atau ayam kampung yang diseleksi. “Jadi bukan ayam hasil silangan antar ras dan rasa dagingnya juga seperti halnya daging ayam kampung,” ungkapnya.

Joko juga mengakui, besarnya animo masyarakat untuk beternak ayam KUB ini belum diimbangi dengan kemampuan untuk menghasilkan DOC. “Karena masalah kita itu adalah kemampuan indukan kita masih terbatas, baru 12 ribu ekor DOC per pekan,” tandasnya.

Makanya BPTP Jawa Tengah mendorong agar kelompok- kelompok peternak nantinya juga bisa menghasilkan DOC secara manndiri. Sehingga nantinya kebutuhan DOC di Jawa Tengah tidak terfokus dari produksi BPTP saja, tetapi juga dari kelompok- kelompok peternak yang sudah dibina BPTP.

Sekarang ini kelompok yang di Kabupaten Kudus ini sudah mampu memproduksi 1.300 DOC per minggu. Di Salatiga nanti ada yang bisa memproduksi 2.000 DOC per minggu dan juga di beberapa daerah lainnya.

“Jadi kita sengaja mengembangkan pola kemitraan semacam itu agar nantinya kebutuhan DOC ayam KUB ini tidak terfokus. Karena kalau kita lihat di medsos itu perminntaan DOC ini sangat besar,” lanjutnya.

Saat ini pembinaan kepada kelompok peternak sudah tersebar di 33 kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Ia juga berharap nanti ada semacam komda dari kelompok peternak ayam KUB tersebut.

Karena di Jawa Tengah ada satu asosiasinya. “Bahkan Jawa Timur dan DIY juga akan gabung, namun belum dipenuhi karena masih butuh pembenahan. Harapannya kedua daerah tersebut juga bisa membentuk asosiasi sendiri,” tambah Joko.

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo –saat memanen DOC ayam KUB di Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Jawa Tengah-- mengamini besarnya potensi dari peternakan ayam KUB ini.

“Ayam KUB ini menjadi salah satu potensi peternakan yang bisa dikembangkan tak hanya sebagai solusi bagi kebutuhan ayam nasional, namun juga penggerap perekonomian masyarakat melalui sektor peternakan,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement