REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasi pemerintah setempat untuk merelokasi bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, yang mengalami kerusakan. Bangunan sekolah yang tak lagi digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar (KBM) sejak Sabtu (2/11), itu dinilai berada di lokasi yang rawan pergerakan tanah.
Kepala Bidang Mitigasi Pegerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto mengatakan, kondisi geologi tanah di lokasi sekolah itu berdiri tidak memungkinkan untuk didirikan bangunan. Pasalnya, tanah di wilayah itu bersifat gawir.
"Di atasnya juga daerah persawahan yang terdapat banyak air. Keretakan itu akan terus bergerak. Lebih baik diarahkan ke tempat yang landai, jauh dari tebing," kata dia usai meninjau langsung sekolah yang berada di Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, itu Kamis (7/11).
Ia mengatakan, PVMBG akan segera memberikan rekomendasi resmi kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ciamis. Saat ini, pihaknya masih harus melihat kondisi keseluruhan di wihayah itu.
"Baru kita bisa rekomendasikan secara lebih komperhensif, tempat yang direkomendasikan untuk relokasi," kata dia.
PVMBG memeriksa kondisi bangunan SDN 2 Kadupandak di Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Kamis (7/11).
Kepala Sekolah SDN 2 Kadupandak, Tiswandi sependapat dengan rekomendasi dari PVMBG. Menurut dia, rehabilitasi bangunan akan sia-sia jika lokasi sekolah tidak direlokasi. Pasalnya, kejadian serupa berisiko terulang kembali.
Ia menambahkan, pihak sekolah telah berkoordinasi dengan pemerintan desa maupun kecamatan setempat. Bahkan, Bupati Ciamis juga telah menyetujui untuk merelokasi sekolah ke tempat yang lebih aman.
"Tapi kalau bisa relokasi jangan terlalu jauh dari tempat di sini. Paling dari sini berjarak 500 meter hingga 1 kilometer lah, sehingga siswa di sekitar sekolah tak terlalu jauh," kata dia.
Perkara lahan, Tiswandi mengatakan, pihak sekolah juga masih melakukan negosiasi dengan pemerintah desa. Menurut dia, di wilayah itu masih ada lahan desa yang bisa digunakan untuk membangun sekolah baru.
"Untuk relokasi sepenuhnya saya serahkan kepada pemerintah setempat," kata dia.
Menurut dia, yang terpenting proses KBM SDN 2 Kadupandak masih bisa terus berjalan, meski kondisi seadanya. Saat ini, proses KBM para siswa SDN 2 Kadupandak dipindahkan sementara ke masjid dan tenda darurat, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari sekolah. Hal itu dilakukan lantaran bangunan sekolah mulai mengalami kerusakan akibat pergeseran tanah, sehingga berpotensi roboh dan membahawakan para siswa dan guru di dalam kelas.
Tiswandi mengatakan, untuk sementara proses KBM di masjid dan tenda darurat masih bisa berjalan, walapun para siswa dan guru menjadi tidak fokus. Lantaran tak ada tempat lain, masjid dan tenda darurat mau tak mau harus digunakan untuk menampung 36 siswa sekolah tersebut.
Ia menyebutkan, di tempat itu tak terdapat bangunan lain yang representatif untuk dijadikan ruang kelas. Jika harus menumpang ke sekolah terdekat, SDN 3 Kadupandak, jarak dari rumah siswa terlalu jauh, sekitar 3 kilometer. Sementara di wilayah itu tidak ada angkutan umum, sehingga siswa mau tak mau harus berjalan kaki.
"Di tenda itu saat ini yang paling aman dan bisa dijangkau untuk sisea sekolah. Target kami, pembelajaran tetap berjalan, siswa tetap bisa belajar, sehingga target ulangan semester satu biaa terlaksana sesuai dengan yang diharapkan," kata dia.
Kepala Desa Kadupandak, Jana Sujana mengatakan, kepastian relokasi SDN 2 Kadupandak masih harus menunggu rekomendasi final dari PVMBG. Pasalnya, menurut dia, relokasi akan percuma jika dilakukan tanpa kajian mendalam. Dikhawatirkan justru relokasi masih berada di wilayah yang rawan bencana.
Ia menyebutkan, bangunan yang rawan pergerakan tanah di Desa Kadupandak bukan hanya SDN 2 Kadupandak. Lebih dari itu, terdapat ratusan rumah warga yang juga mulai mengalami kerusakan, yang diduga disebabkan pergerakan tanah ketika musim kemarau.
"Kalaupun mau relokasi, sama warga juga," kata dia.
Menurut dia, di sekitar wilayah itu terdapat lahan milik negara yang dinulai cukup represtatif untuk tempat relokasi. Sebab, di lahan itu landai dan tak banyak tebing. Namun, keputusan akhirnya ada di tangan Pemkab Ciamis.
"Total di Dusun Sukamandi saja ada 200 KK. Kalau memang itu harus relokasi, mesti satu dusun biar aman semua," kata dia.
Jana mengatakan, secara historis di Desa Kadupandak memang pernah terjadi longsor besar. Terakhir bencana longsor terjadi pada 2010. Akibat kejadian itu, sekitar 500 KK dari dua dusun direlokasi.