Rabu 06 Nov 2019 16:17 WIB

Polri Gandeng Ahli Ungkap Penyebab Bangunan SD Ambruk

Tim ahli akan mengecek spesifikasi bangunan apakah sudah sesuai atau belum.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Teguh Firmansyah
Keadaan ruangan kelas yang ambruk di SDN Gentong Kota Pasuruan, Rabu (6/11).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Keadaan ruangan kelas yang ambruk di SDN Gentong Kota Pasuruan, Rabu (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan Polda Jatim menggandeng ahli dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengecek spesifikasi bangunan sekolah serta menemukan penyebab robohnya Sekolah Dasar Negeri Gentong di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Polisi akan mengecek apakah spesifikasi bangunan itu sesuai standar atau tidak.

"Apakah nanti ditemukan spesifikasi bangunan yang tidak sesuai standar keamanan. Apakah ada perbuatan melanggar hukum apa tidak," kata Brigjen Dedi, di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu.

Baca Juga

Dedi juga menyebut, pada Rabu, Tim Laboratorium Forensik Polda Jatim telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terkait insiden ambruknya sekolah tersebut. "Tim Labfor Polda Jatim sudah turun ke TKP untuk melakukan olah TKP," katanya pula.

Sebelumnya, bangunan Sekolah Dasar Negeri Gentong di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur ambruk saat kegiatan belajar mengajar berlangsung pada Selasa (5/11). Bangunan sekolah yang ambruk meliputi ruang kelas IIA dan IIB serta ruang kelas VA dan VB. Akibat peristiwa ini, dua orang meninggal dunia, yaitu seorang guru dan seorang siswa, serta belasan lainnya luka-luka.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD dr R Soedarsono, Tina Soelistiani mengungkapkan, enam korban kerobohan SDN Gentong masih dirawat hingga Rabu (6/11). Meski demikian, Tina memastikan, kondisi kesehatan fisik para korban sudah mulai membaik.

"Kondisinya sudah membaik dari berita barusan yang saya tanya. Jadi ada enam orang dirawat, ada yang bisa dipulangkan besok pagi dan Jumat lusa," kata Tina saat ditemui Republika.co.id, di RSUD dr R Soedarsono, Kota Pasuruan, Rabu (6/11).

Dari enam korban, dua di antaranya harus mengalami operasi ringan. Operasi diperlukan karena satu korban mengalami patah kaki. Sementara satu korban operasi lainnya bermasalah pada tulang ibu jari di tangan kanan.

Untuk korban lainnya, Tina menyatakan, mereka hanya mengalami luka ringan. "Tapi masih harus diobservasi sehingga harus diinapkan. Kalau sudah tidak apa-apa, bisa pulang dengan pemilihan rawat jalan. Atau, kontrol di poliklinik," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement