REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau 2019 menyedot anggaran dana siap pakai dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lebih dari Rp 468,66 miliar. Anggaran besar terutama dipakai untuk hujan buatan.
"Anggarannya sangat besar terutama untuk TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) untuk hujan buatan, dan untuk bom air (water bombing)," kata Kepala BNPB Doni Monardo usai memberikan kuliah umum di aula kampus FISIP Universitas Riau (UNRI), Pekanbaru, Selasa (5/11).
Ia menjelaskan, BNPB setiap tahun menyiapkan dana siap pakai atau yang kerap disebut dana on call, yang bisa digunakan untuk kedaruratan. Untuk kasus karhutla, dana tersebut digunakan mulai dari upaya pencegahan, sosialisasi sampai dengan penanggulangan.
Pemprov Riau menetapkan status siaga darurat karhutla sejak 19 Februari 2019 selama sekitar selama sembilan bulan dan baru saja berakhir pada 31 Oktober lalu. Berdasarkan data di situs Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), karhutla di Provinsi Riau selama 2019 mencakup area seluas 75.871 hektare (ha), jauh lebih luas dibandingkan cakupan karhutla tahun sebelumnya.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Dr. Agus Wibowo membenarkan bahwa dana on call BNPB digunakan selama status siaga darurat karhutla di Riau. Dana sekitar Rp 468,66 miliar itu paling banyak dihabiskan untuk operasi udara.
"Operasi udara kurang lebih Rp 400 miliar," katanya.
Operasi udara tersebut adalah bantuan sewa delapan helikopter yang digunakan untuk patroli dan pemadaman api dari udara dengan menjatuhkan bom air (water bombing/WB) di Riau. Total ada 169,57 juta liter air yang sudah dijatuhkan selama operasi heli WB.
"Satu jam heli WB bisa Rp 200-300 juta," ujar Agus Wibowo.
Kemudian dana yang habis untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sekitar Rp 30 miliar. Operasi untuk menghasilkan hujan buatan ini menggunakan pesawat TNI AU dan teknologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan cara menebar garam. Proses yang disebut menyemai awan tersebut telah menebar 228.916 kilogram garam di langit Riau.
Selain itu, ada pendanaan untuk operasi darat yang menghabiskan kurang lebih Rp 38,66 miliar. BNPB pada tahun ini mengerahkan 6.259 personel untuk operasi darat selama siaga darurat karhutla di Riau.