Selasa 05 Nov 2019 11:09 WIB

Penebangan Pohon di Cikini Dikritik Langgar Komitmen Iklim

Pohon jenis Angsana di Cikini ditebang seiring pembangunan trotoar.

Red: Nur Aini
Pejalan kaki menghindari sinar matahari saat melintas di lahan bekas penebangan pohon untuk revitalisasi trotoar Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Senin (4/11/2019).
Foto: Thoudy Badai
Pejalan kaki menghindari sinar matahari saat melintas di lahan bekas penebangan pohon untuk revitalisasi trotoar Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Senin (4/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengatakan pemotongan pohon jenis Angsana di sepanjang trotoar Cikini merupakan pelanggaran komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam melindungi iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen hingga 2030 nanti.

"Jelas bahwa penebangan-penebangan pohon tersebut kontradiktif dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, menurunkan temperatur iklim lokal dan memerangi peningkatan suhu kawasan kota," kata Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin saat dihubungi di Jakarta, Selasa (5/11).

Baca Juga

Pria yang akrab disapa Puput itu mengatakan seharusnya Pemerintah tetap mempertahankan pohon-pohon yang sudah ada karena Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta yang ditargetkan sebanyak 20 persen pada 2030 baru terpenuhi sebesar 9,4 persen. Selain dapat mengurangi emisi gas rumah kaca diketahui dapat juga menyerap polutan yang menjadi salah satu masalah buruknya udara di Jakarta.

"Risiko batang tumbang dan cabang patah sebenarnya bisa diantisipasi dengan pemangkasan dahan secara teratur," kata Puput menanggapi alasan Pemprov DKI menebang pohon Angsana.

photo
Pejalan kaki menghindari sinar matahari saat melintas di lahan bekas penebangan pohon untuk revitalisasi trotoar Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Senin (4/11/2019).

Puput menilai keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggantikan Pohon Angsana dengan Pohon Tabebuya kurang tepat dinilai dari segi fungsinya.

"Tabebuya yang akan dijadikan pengganti Angsana hanya memiliki 7,8 persen kemampuan menyerap CO2 atau 24,2 gr/jam sementara Angsana mampu mengcapture 310 gr/jam. Artinya kemampuan Tabebuya hanya 7,8 persen dari kemampuan Angsana dalam menyerap CO2," kata Puput.

Sebelumnya, Dinas Kehutanan DKI Jakarta melakukan penebangan pohon di sepanjang trotoar Cikini bersamaan dengan penataan trotoar yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga DKI. Selain agar menciptakan trotoar yang nyaman bagi pejalan kaki, penebangan pohon jenis Angsana dan Beringin di Cikini dilakukan untuk peremajaan tanaman.

"Kelemahannya untuk jenis Angsana adalah seiring usia pohon yang semakin tua, struktur cabang dan batangnya mudah keropos dan rapuh. Dikhawatirkan mudah patah cabangnya dan bahkan tumbang. Dampaknya tentu membahayakan pengguna jalan apalagi keberadaannya di trotoar," kata Suzi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement