Senin 04 Nov 2019 17:47 WIB

Penebangan Pohon di Cikini untuk Peremajaan

Dua jenis pohon yang ditebang di daerah Cikini adalah jenis angsana dan beringin.

Pejalan kaki melintas di lahan bekas penebangan pohon di trotoar Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Senin (4/11/2019).
Foto: Thoudy Badai
Pejalan kaki melintas di lahan bekas penebangan pohon di trotoar Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Senin (4/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan penebangan pohon di trotoar Cikini dilakukan untuk peremajaan pohon pelindung. "Penebangan tersebut dilakukan sebagai upaya Dinas Kehutanan dengan jajaran Suku Dinas Kehutanan di bawahnya untuk peremajaan pohon pelindung menggantikan pohon pelindung yang sebelumnya," kata Suzidi, Senin (4/11).

Dua jenis pohon yang ditebang di daerah Cikini adalah jenis angsana dan beringin. Suzi menjelaskan pohon jenis angsana awalnya dipilih sesuai tujuannya untuk percepatan penghijauan karena memiliki kecepatan tumbuh yang baik.

Baca Juga

"Kelemahannya untuk jenis angsana adalah seiring usia pohon yang semakin tua, struktur cabang dan batangnya mudah keropos dan rapuh. Dikhawatirkan mudah patah cabangnya dan bahkan tumbang. Dampaknya tentu membahayakan pengguna jalan apalagi keberadaannya di trotoar," kata Suzi.

Sedangkan untuk jenis beringin dinilai membahayakan karena tumbuh semakin besar dan menjebol pot beton yang semula digunakan untuk penanamannya. "Tentunya juga membahayakan dan secara estetika kota juga kurang mendukung," kata Suzi.

photo
Pejalan kaki melintas di lahan bekas penebangan pohon di trotoar Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Senin (4/11/2019).

Oleh karena itu, penebangan kedua jenis pohon itu dilakukan oleh Dinas Kehutanan DKI di kawasan trotoar Cikini yang termasuk dalam kegiatan strategis daerah (KSD). Nantinya setelah akar pohon angsana berhasil dicabut seutuhnya dari trotoar Cikini, Dinas Kehutanan DKI akan menanamkan tumbuhan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

"Karakteristik tumbuh tidak terlalu besar, tinggi maksimalnya kurang dari 10 meter, akarnya tidak merusak konstruksi pedestrian dan memiliki keindahan dengan warna bunganya yang menarik. Selain itu, juga memiliki kemampuan menyerap polutan," kata Suzi.

Sebelumnya, penebangan pohon di trotoar Cikini diprotes oleh warga sekitar dan pejalan kaki yang sering melintasi daerah itu. "Nggak rela dong, kan ini jadinya bikin panas pejalan kaki, nggak ada tempat berteduh," kata Sumardi yang merupakan warga asli Cikini.

Senada dengan Sumardi, pejalan kaki yang sering melewati trotoar Cikini, Sigit merasa keberatan karena saat ini pohon yang berfungsi jadi peneduh sudah tidak ada lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement