Selasa 05 Nov 2019 10:09 WIB

Waspada, Kita Memasuki Musim Pancaroba

Musim pancaroba berpotensi terjadi berbagai bencana.

Rep: Mimi Kartika, Bayu Adji P, Dadang Kurnia/ Red: Karta Raharja Ucu
Hujan lebat disertai petir melanda kawasan kampung nelayan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (27/12/2018).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Hujan lebat disertai petir melanda kawasan kampung nelayan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (27/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)menyatakan, sejumlah wilayah Indonesia memasuki musim pancaroba atau masa peralihan musim kemarau ke musim hujan pada awal November. Cuaca ekstrem berpotensi terjadi saat masa peralihan yang diprakirakan berlangsung hingga pertengahan bulan ini. Pada musim pancaroba, hujan bisa turun dengan lebat, bahkan sangat lebat dan disertai kilat berdurasi singkat.

Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, ben cana angin puting beliung juga mungkin terjadi. Karena itu, BMKG mengimbau masyarakat mengantisipasi terjadinya hujan lebat.

"Antisipasi yang dapat dilakukan masyarakat terkait hujan lebat dengan melakukan pengecekan dan pembersih an saluran air (drainase)," ujar Hary kepada Republika, Senin (4/11).

photo
(Ilustrasi) Batang pohon yang tumbang akibat angin kencang, yang menjadi salah satu pertanda pancaroba atau peralihan musim.

Hary mengatakan, pembersihan saluran air penting untuk meng antisipasi kejadian genangan maupun banjir, terutama daerah-daerah yang menjadi langganan banjir, seperti wilayah yang berada di daerah aliran kali/sungai, termasuk daerah cekungan maupun daerah pesisir. Ia meminta masyarakat juga mewaspadai longsor, khususnya wilayah yang berada di daerah dengan tingkat pergerakan tanahnya tinggi, seperti perbukitan, lereng, dan pegunungan.

Hary pun mengingatkan agar masyarakat tidak berlindung di bawah pohon yang dapat roboh akibat sambaran kilat atau petir yang menyertai hujan. Untuk mengantisipasi dampak hujan yang disertai kilat, BMKG menyarankan masyarakat melakukan pengecekan sistem kelistrikan.

Lalu, untuk mengantisipasi datangnya angin kencang saat hujan, masyarakat perlu merapikan pohon-pohon besar dan tinggi untuk mengurangi beban pohon tersebut. "Melakukan pengecekan kualitas pohon yang lapuk atau tidak, termasuk juga melakukan pengecekan dan penguatan bagian-bagian bangunan konstruksi, seperti baliho, papan reklame, dan lain-lain," tutur Hary.

Dia menjelaskan, daerah yang sedang memasuki masa peralihan adalah Pulau Jawa, Sumatra Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Untuk wilayah Ibu Kota DKI Jakarta, kata Hary, mayoritas wilayah Jakarta mengalami awal musim hujan pada November.

Di tempat lain, sebanyak tiga desa di tiga kecamatan Kabupaten Tasikmalaya mulai mengalami pergerakan tanah di masa peralihan musim saat ini. Pergerakan tanah itu terjadi di Desa Margalaksana di Kecamatam Salawu, Desa Cigalontang di Kecamatan Cigalontang, dan Desa Cikunten di Kecamatan Singaparna.

Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya Dede Sudrajat mengatakan, dari tiga laporan yang diterima, sedikitnya empat kepala keluarga (KK) di Desa Mar galak sana terancam. Sementara, pergerakan tanah yang ter jadi di Desa Cigalontang dan Desa Cikunten cukup jauh dari permukiman warga.

"Tapi, itu baru pergerakan, belum sampai kejadian longsor," kata dia saat dihubungi Republika, Senin.

Tim maupun relawan BPBD sudah terjun ke la pang an untuk memeriksa keadaan di lokasi. Menurut dia, meski baru pergerakan tanah, jika hujan terus turun dengan intensitas tinggi, kejadian longsor sangat berpotensi terjadi.

Dede menambahkan, pihaknya telah memberikan imbauan secara lisan ke masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor untuk berhati- hati apabila hujan terus terjadi. Warga yang rumahnya terdampak pergerakan tanah juga sudah diinstruksikan untuk mengungsi ke rumah saudaranya.

photo
Longsor berpotensi terjadi di wilayah Sukabumi.

Ia mengatakan, wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi terjadi longsor dan banjir ketika memasuki musim hujan. Berdasarkan peta wilayah bencana, sekitar 60 persen wilayah di Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam kategori rawan longsor.

"Tapi, kita tak bisa prediksi wilayah mana yang akan terjadi," kata Dede.

Kepala Bidang Penanggulangan Korban Bencana dan Pembinaan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Tasik malaya Rahmat ZM mengatakan, pihaknya beserta Muspika Kecamat an Salawu sudah memeriksa lang sung ke lokasi pergerakan tanah di Desa Margalaksana. Menurut dia, kon disi retakan tanah yang terjadi sangat mengkhawatirkan warga di sekitar lokasi pergerakan tanah.

Ia menyebutkan, enam rumah warga berpotensi terkena longsor jika hujan terus terjadi. Menurut dia, retakan tanah yang terjadi memiliki kedalaman mencapai 2 meter dengan lebar sekitar 40 cm.

Dalam menghadapi musim pancaroba kali ini, BPBD Provinsi Jatim mengaku telah melakukan berbagai persiapan. Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Provinsi Jatim Satriyo Nurseno mengatakan, pihaknya telah menyiapkan personel hingga peralatan untuk mengantisipasi dan menangani dampak pancaroba.

"Kita juga menyiapkan logistik, kemudian peralatan. Ini untuk mendukung penanganan banjir dan longsor yang kami harapkan tidak terjadi. Jika ada pun semoga tidak terlalu besar," ujar Satriyo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement