Ahad 03 Nov 2019 14:26 WIB

LSI: Intoleransi Stagnan pada Akhir Periode Pertama Jokowi

Hasil survei LSI pada September 2019 tunjukkan belum ada perbaikan soal intoleransi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ratna Puspita
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan belum ada perbaikan soal intoleransi pada akhir periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan demikian, LSI menilai intoleransi masih akan menjadi tantangan bagi pemerinahan Jokowi pada periode kedua.

"Dibanding 2018, tahun 2019 cenderung stagnan, dibandingkan 2017 dan 2016, tampak situasi lebih buruk," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam survei nasional "Tantangan Intoleransi dan Kebebasan Sipil serta Modal Kerja pada Periode Kedua Pemerintahan Joko Widodo", Ahad (3/11).

Baca Juga

LSI menemukan warga Muslim yang keberatan terhadap non-Muslim dalam membangun rumah ibadah sebesar 53 persen. Dengan demikian, hanya 36,8 persen Muslim yang merasa tak keberatan dengan hal itu.

"Soal non-Muslim mengadakan acara keagamaan/kebaktian di sekitar mereka, hasilnya lebih baik. Yang keberatan hanya 36,4 persen dan tidak merasa keberagan 54 persen," ujarnya.

 

LSI juga memotret sikap yang dianggap intoleran antara Muslim sebagai mayoritas dan kelompok agama minoritas. LSI menemukan ada Muslim yang setuju bahwa umat agama minoritas di Indonesia harus ikut kemauan muslim mayoritas (37,2%).

"Tapi hanya 14,8 persen yang setuju jika umat Islam yang menjadi minoritas di negara lain harus mengikuti mayoritas di negara tersebut," ucapnya.

Survei itu diadakan pada 8-17 September 2019 dengan melibatkan 1.550 responden yang terpilih secara acak. Adapun margin of error kurang lebih 2,5 persen. Untuk tingkatkan kepercayaannya mencapai 95 persen.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement