REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Bank Indonesia mencatat perkembangan indeks harga konsumen di Sumatra Barat kembali mengalami deflasi pada Oktober 2019. Padahal pada Agustus dan September. Sumbar juga mengalami hal yang sama.
"Pada Oktober Sumbar mengalami deflasi sebesar 0,30 persen lebih kecil dibanding deflasi September yang mencapai 0,97 persen," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama di Padang, Sabtu (2/11). Menurut dia deflasi disebabkan penurunan harga pada kelompok bahan makanan, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Pada kelompok bahan makanan deflasi disumbang oleh penurunan harga cabai merah, telur ayam ras dan cabai hijau."Penurunan harga cabai didorong oleh masuknya masa panen dan pasokan yang berlimpah dari luar Sumbar, sementara untuk telur ayam ras mengalami deflasi karena turunnya permintaan pasar," ujarnya.
Sementara pada kelompok transportasi deflasi disumbang oleh penurunan harga tiket pesawat karena turunnya permintaan akibat musim sepi penumpang usai liburan. Sebaliknya pada Oktober 2019 sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan yaitu bawang merah, beras dan daging ayam ras.
"Kenaikan harga bawang merah terjadi akibat pasokan terbatas karena di daerah sentra sedang memasuki masa tanam," kata dia. Untuk beras mengalami kenaikan karena pada sejumlah sentra produksi mengalami puso sehingga gagal panen, lanjut dia.
Menghadapi sejumlah risiko inflasi ke depan BI menyarankan Tim Pengendali Inflasi Daerah aktif melakukan berbagai upaya agar inflasi tetap terkendali. Upaya yang dilakukan antara lain peningkatan sinergi untuk menjaga kecukupan dan kelancaran pasokan bahan pangan strategis seperti cabai merah, beras, bawang merah, daging ayam ras dan telur, ujarnya.
Selain itu ia berharap peta jalan pengendalian inflasi di Sumbar bisa direalisasikan dan ditindaklanjuti dalam bentuk program kerja.