REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Menteri Agama Fachrul Razi meminta masyarakat menyudahi polemik atas pernyataannya mengenai cadar dan celana cingkrang. Ia pun merasa tak perlu ada lagi pertanyaan kepada dirinya karena sudah melakukan klarifikasi dalam berbagai kesempatan.
"Sudah selesai itu (cadar dan celana cingkrang). Sudah, sudah, selesai," kata Fachrul saat ditemui Republika setelah mengikuti senam bersama guru madrasah di halaman kantor Kementerian Agama, Jumat (111).
Fahcrul dalam kesempatan itu enggan melanjutkan pembicaraan mengenai pernyataannya yang menuai polemik. Namun, saat Republika mencoba menghubungi lewat sambungan telepon, ia kembali menegaskan tak pernah mengeluarkan pernyataan melarang Muslimah menggunakan cadar.
Ia mengklaim, hanya menyampaikan bahwa pengunaan cadar tidak ada ketentuan yang jelas di dalam Alquran dan hadis. "Kita tidak melarang, tidak juga menganjurkan," ujar dia berdalih.
Akan tetapi, kata dia, ada hal yang perlu diperhatikan dari apa yang disampaikannya selama ini dalam beberapa kesempatan, yaitu penggunaan cadar tak menjadi ukuran keimanan dan ketakwaan seseorang.
Presiden Joko Widodo saat memperkenalkan Fachrul di Istana Negara, pekan lalu, berpesan empat hal kepada purnawirawan TNI ini. Pertama, untuk mengurus radikalisme, kedua, meningkatkan ekonomi keumatan, ketiga, soal industri halal, keempat, yang juga ditekankan Jokowi dengan kalimat, "Terutama haji!".
Dari sini, selama beberapa hari Menag kerap menekankan pembicaraan soal radikalisme, terutama umat Islam. Namun, kemudian arah pembicaraan berubah ke penggunaan cadar dan celana cingkrang di kalangan aparatur sipil negara (ASN) ketika Menag memberikan pidato dalam salah satu acara kementeriannya.
Pernyataan Menag ini kemudian dikonfirmasi ke sejumlah menteri Kabinet Indonesia Baru. Beberapa menteri, seperti Menteri ASN Tjahjo Kumolo dan Menteri Koordinator PMK Muhadjir Effendy memberikan sinyal positif soal kajian ataupun penerapan aturan disiplin pakaian bagi ASN. Wapres KH Ma'ruf Amin pun senada dengan Menag saat ditanya pers.
Saat dikonfirmasi mengenai pernyataannya saat acara konsolidasi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan terkait celana cingkrang, Facrul juga mengaku tak pernah menyinggungnya. "Tentang celana cingkrang, saya gak pernah singgung, gak ada kaitan-kaitannya ngomong di situ," kata dia berkelit.
Para tokoh agama dan organisasi masyarakat (ormas) Islam dalam sepekan terakhir terus angkat bicara mengenai polemik cadar. Wakil Ketua Umum Persatuan Islam Ustaz Jeje Zainudin menjelaskan, masalah cadar harus dililhat dari berbagai perspektif. Ustaz Jeje mengatakan, sepengetahuannya tidak ada seorang ulama pun yang menghukumkan bahwa bercadar dalam pengertian menutup seluruh wajah wanita secara total ataupun menyisakan kedua matanya sebagai perbuatan syariat yang wajib, Jumat (111).
Menurut dia, perdebatan para pakar hanya berkisar seputar sunah, mustahab (terpuji), mubah, atau bahkan hanya tradisi sebagian masyarakat. ”Jadi, seandainya seorang Muslimah tidak memakainya, tidak boleh dinilai sebagai meninggalkan syariat yang menyebabkan ia tercela apalagi berdosa,” ucap Ustaz Jeje.
Sementara itu, menurut dia, secara sosiologis penggunaan cadar di lingkungan masyarakat tertentu telah menimbulkan kegaduhan karena adanya perbedaan budaya pemakai cadar dengan tradisi masyarakat setempat. Kondisi itu menimbulkan kecurigaan-kecurigaan berlebihan, bahkan kekhawatiran terjadinya bentrokan budaya.