REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Usep S Ahyar menilai pertemuan antara PKS dan Nasdem adalah langkah penjajakan untuk menyongsong Pemilu dan Pilpres 2024. Selain itu, peluang berkoalisi pada Pilkada serentak 2020 kemungkinan juga dibahas.
"Saya kira ini adalah pemanasan untuk Pemilu 2024, ya. Nasdem sedang mempersiapkan sosok untuk diusung di Pilpres karena Jokowi kan tidak bisa lagi," kata Usep ketika dihubungi Republika.co.id, di Jakarta, Kamis (31/10).
Nasdem, jelasnya, adalah partai yang sangat lincah dalam memanfaatkan peluang.
Pembahasan sosok calon presiden, sangat mungkin dan wajar dibahas oleh kedua partai. Sebab, bursa calon presiden biasanya memang dibahas elite politik jauh-jauh hari. Sosok Anies Baswedan pun mungkin saja jadi nama yang dipertimbangkan.
Menurut Usep, pertemuan itu juga menjadi sinyal untuk persiapan Pemilu 2024. Sebab, partai oposisi diperkirakan akan mendulang suara pemilih yang tidak menyenangi Pemeritahan Jokowi-Ma'ruf.
PKS sendiri sudah menyatakan jauh-jauh hari bahwa mereka berkomitmen menjadi partai oposisi terhadap Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Sedangkan Nasdem, ujar Usep, sebelumnya juga sudah menyatakan akan menjadi mitra koalisi yang kritis.
"Nasdem meski masuk kabinet pasti akan melancarkan kritik juga, walau secara halus. Nasdem akan lakukan itu untuk meningkatkan elektoral di 2024," jelas Direktur Riset Populi Center itu.
Langkah Nasdem ini, kata Usep, adalah sebuah bentuk kelincahan politik dari seorang Surya Paloh. Ia pun menduga, bisa saja Nasdem keluar dari Koalisi Jokowi-Ma'ruf pada dua tahun menjelang Pilpres. Lalu Nasdem melancarkan kritik keras terhadap pemerintah demi meningkatkan elektoral.
Usep menambahkan, pertemuan itu kemungkinan juga menjajaki kemungkinan berkoalisi pada Pilkada Serentak 2020. Meski di level nasional kedua partai itu berada di kubu berbeda, tapi di level politik daerah, koalisi bisa saja terbentuk.
"Itu bukan hal baru. Karena sebelumnya kan mereka sudah ada juga berkoalisi di daerah," katanya.
Pertemuan antara Nasdem dan PKS diselenggarakan di kantor DPP PKS, Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (30/10). Pertemuan itu dihadiri Ketua Umum Nasdem Surya Paloh bersama jajaran DPP Nasdem dan Presiden PKS Sohibul Iman beserta pengurus DPP PKS.
Seusai pertemuan, Sekretaris Jenderal PKS Mustafa Kamal mengungkap tiga hasil kesepakatan kedua partai. Pertama, kedua partai sepakat untuk saling menghormati sikap konstitusional dan pilihan politik masing-masing partai.
Kedua, Nasdem dan PKS sepakat untuk senantiasa menjaga kedaulatan NKRI dan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Serta, menjaga keluhuran akhlak dan keteladanan para elite sebagai dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ketiga, masing-masing partai menyadari bahwa takdir sosiologis dan historis Indonesia adalah warisan sejarah kerja sama para pendiri bangsa. Baik dari kelompok nasionalis yang memuliakan nilai-nilai agama, dengan kelompok Islam yang memegang teguh nilai-nilai kebangsaan.