Rabu 30 Oct 2019 01:00 WIB

Industri Kreatif Perlu Terus Digenjot

Promosi industri kreatif dinilai belum maksimal.

Rep: Sylvi Dian Setiawa / Red: Muhammad Hafil
Produk kerajinan UMKM.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Produk kerajinan UMKM. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum Pelindo I, Hamied Wijaya mengatakan, industri kreatif menjadi keunggulan Indonesia dibandingkan negara lain, terutama Asia. Namun, keunggulan ini belum dipacu dari segi promosi secara maksimal. 

"Sebetulnya kalau saya berpikir Indonesia itu tidak kalah dengan negara lain. Tapi yang perlu digenjot itu promosi dan kualitas yang selalu dijaga," kata Hamied kepada Republika, Senin (28/10). 

Ia mengatakan berbagai macam industri kreatif bermunculan di Indonesia seperti industri kerajinan. Namun, promosinya masih belum maksimal. 

Hal ini tentunya menyebabkan daya saingnya masih kurang. Padahal, produk-produk tersebut banyak yang lebih berkualitas dari negara lain.  

"Promosi menurut saya saat ini yang melakukan individu-individu bukan pemerintah. Misalnya ada handicraft cantik. Bikin web sendiri, promosi sendiri," ujarnya. 

Bahkan, ia menyebut, komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah masih kurang. Sebab, program yang dirancang udah sesuai untuk meningkatkan daya saing termasuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sudah tepat. 

Namun, pelaksanaan program tersebut di lapangan tidak maksimal. "Pemerintah lah yang seharusnya seperti dari kementerian sampai ke bawah itu lah. Kementerian mungkin sudah hebat, membangun pariwisata dan badan kreatif. Tapi ketika sampai ke tingkat provinsi dan kabupaten itu tidak match," jelasnya. 

 

 

Untuk itu, perlu adanya upaya lebih dalam mempromosikan industri kreatif Indonesia. Termasuk menjaga kualitas dan pembinaan kepada SDM untuk membuat produk yang bisa dipasarkan hingga ke luar negeri. 

 

 

"Program Jokowi SDM unggul. Sekarang harus ada yang menerjemahkan secara konseptual SDM unggul itu apa defenisi operasional sampai langkah-langkahnya. Kan itu harus di breakdown ke setiap pemangku kepentingan. Itu tidak akan sulit asal dijalani," katanya. 

 

 

Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan mengatakan, daya saing industri manufaktur termasuk industri kreatif dalam negeri masih relatif sulit untuk meningkat. Hal ini terhambat karena kurang produktifnya Sumber Daya Manusia (SDM). 

 

 

"Hal ini menyebabkan daya saing industri manufaktur menjadi rendah dan banyaknya pengangguran terdidik," kata Hilman dalam keterangan resminya belum lama ini. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement