Kamis 24 Oct 2019 18:18 WIB

Pembangunan Kedokteran Nuklir RSUD BDH Dianggarkan Rp 99 M

Kedokteran nuklir memiliki fungsi untuk mendiagnosa fungsi organ tubuh dalam.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita (kedua kanan), Kepala Bidang Bangunan dan Gedung DKPCKTR Surabaya, Iman Kristian (kanan), dan Dokter spesialis kedokteran nuklir dr Stepanus Sp.KN (kedua kiri) memberi keterangan pers terkait pembangunan rumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir di Surabaya, Rabu (23/10).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita (kedua kanan), Kepala Bidang Bangunan dan Gedung DKPCKTR Surabaya, Iman Kristian (kanan), dan Dokter spesialis kedokteran nuklir dr Stepanus Sp.KN (kedua kiri) memberi keterangan pers terkait pembangunan rumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir di Surabaya, Rabu (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya berencana membangun rumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir. Pemkot pun memilih Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada (RSUD BDH) sebagai rumah sakit yang akan dilengkapi fasilitas kedokteran nuklir tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengungkapkan, pembangunan fasilitas kedokteran nuklir dilakukan karena selama ini, warga Surabaya harus berobat ke luar daerah, untuk melakukan terapi nuklir. "Ke Semarang, Bandung, hingga ke Jakarta. Makanya harus punya sendiri," kata Febria, saat menggelar konferensi pers di Humas Pemkot Surabaya.

Febri mengungkapkan, pembangunan fasilitas kedokteran nuklir di RSUD BDH rencananya dilakukan pada 2020. Termasuk pengadaan alat-alat dan obat-obatan. Terkait sumber daya manusia, mulai dokter hingga perawat, Febria menegaskan semuanya sudah sangat siap.

"Tenaga medis siap, perawatnya pun kita sudah punya dan itu akan dilatih juga. Cukup satu dokter bisa lah menangani 1.000 pasien. Sambil nanti kita mengirim dokter untuk juniornya juga," ujar Febria.

Kepala Bidang Bangunan dan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DKPCKTR) Surabaya, Iman Kristian mengungkapkan terkait rencana pembangunan fasilitas kedokteran nuklir. Nantinya,  akan dibangun bangunan baru dengan luas 800 meter persegi dikali tiga lantai.

Terkait pembangunannya, kata Iman, di akhir 2019 akan dilakukan lelang manajemen konstruksi, yang diperkirakan membutuhkan waktu dua bulan. Selanjutnya, pada Februari rencananya mulai dibangun fondasi bangunannya.

Kemudian, pembangunannya diprediksi, paling lambat pada Juni 2020. "Untuk bangunannya alokasi anggaran Rp 30 miliar, itu untuk konstruksi fisik. Kemudian untuk peralatannya itu alokasi anggarannya sekitar Rp 69 miliar," ujar Iman.

Nantinya, bangunan ini akan memiliki beberapa ruangan. Di antaranya ruangan kamera gamma, ruangan single photon emission tomography (SPET), ruangan untuk limbah radioaktif, ruangan radio farmasi, ruangan penyimpanan, dan lain sebagainya.

Dokter spesialis kedokteran nuklir, dr Stepanus menjelaskan, kedokteran nuklir merupakan cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka dengan cara disuntikkan, diminum, ataupun dihirup, untuk dimasukkan ke dalam tubuh. Tujuannya untuk kesehatan manusia, terutama untuk penyakit kanker.

"Jadi kita bisa melihat ada gak kanker ini sampai ke tulang. Lewat radiasi tersebut nanti telihat dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, di mana saja penyebaran tumornya," kata Stepanus.

Stepanus melanjutkan, kedokteran nuklir memiliki fungsi untuk mendiagnosa fungsi organ tubuh dalam. Kedokteran nuklir juga mampu melakukan terapi dengan meminimalkan efek samping. Karena radiasinya hanya berlari ke tempat yang dituju.

Artinya tidak akan lari ke organ tubuh yang memang tidak ada kaitannya dengan sakit yang diderita. "Harganya tidak terlalu mahal juga. Harganya sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta dan bahkan ditanggung BPJS Kesehatan," kata Stepanus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement