Kamis 25 Oct 2018 04:00 WIB

Kadin Korsel Keluhkan Tingginya Upah Buruh di Jabar

Wakil perusahaan Korsel menyebut upah buruh garmen di Jabar terus meningkat

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Ketua Asosiasi Perusahaan Garmen Korea Selatan di Indonesia Ahn Chang Sub
Ketua Asosiasi Perusahaan Garmen Korea Selatan di Indonesia Ahn Chang Sub

CICENDO, AYOBANDUNG.COM -- Ketua Asosiasi Perusahaan Garmen Korea Selatan di Indonesia Ahn Chang Sub mengeluhkan tingginya upah buruh garmen di Jawa Barat (Jabar). Dia yang juga merupakan perwakilan Kamar Dagang Korea Selatan mengatakan, upah buruh garmen di Jabar yang terus naik dalam beberapa waktu terakhir membuat pihaknya kesulitan untuk melangsungkan usaha.

"Sekarang di Jabar ada 250 perusahaan garmen dengan 350 ribu karyawan. Kesulitannya upah sejak tujuh tahun lalu sampai sekarang sudah naik sampai 3,5 kali lipatnya. Sekarang upah buruh sudah Rp4 jutaan, sehingga tingkat kompetisinya berkurang," ungkap Ahn dalam acara CEO & Ambassador Breakfast Meeting di Hotel Hilton Bandung, Kamis (24/10).

AYO BACA : Gandeng Dino Patti Djalal, Pemprov Jabar Jemput Bola Investor Asing

Acara tersebut merupakan inisiasi Pemerintah Provinsi Jabar dalam mendatangkan sejumlah perwakilan investor asing dalam membahas peluang maupun hambatan investasi di Jabar.

Dia mengaku telah mengikuti rapat dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar soal penetapan besaran UMP 2020 dan hal tersebut membuatnya 'galau'. Pasalnya, relokasi industri ke daerah lain seperti Majalengka yang notabene memiliki upah lebih murah dinilai bukan solusi.

AYO BACA : West Java Investment Summit Hasilkan Perjanjian Senilai Rp53,8 Triliun

"Bisa ke Majalengka yang murah, tapi ada kesulitan. Pindah ke provinsi lain juga bukan solusi karena buruh di Jabar skill-nya paling bagus. Mereka (buruh Jabar) juga tidak mau dipindahkan ke Jawa Tengah," ungkapnya. Sementara, jumlah buruh di Majalengka dinilai tidak cukup banyak untuk menghidupi industri garmen.

Menanggapi hal ini, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan hal tersebut merupakan dilema. Salah satu hal yang akan diupayakan adalah membuat kluster industri berdasarkan kategori industri dan besaran upah. Selain itu, dia juga mengusulkan relokasi industri ke kawasan Segitiga Rebana.

"Solusi Jabar adalah bikin klaster kapital intensif untuk yang mahal-mahal. Jadi Karawang enggak cocok untuk tekstil. Nanti upahnya yang ada di zona paling bawah kita geser, pasti ada pergeseran. Adil itu susah, sementara ini baru itu solusinya," ungkapnya ketika ditemui dalam kesempatan yang sama. 

AYO BACA : Ridwan Kamil Bawa Pulang Investasi Asing Senilai Rp100 Triliun

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement