Jumat 25 Oct 2019 01:00 WIB

Trash Hero Gaungkan Gerakan tanpa Plastik

Sampah plastik ditengarai mampu menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

Sampah plastik menumpuk dan menebar di pesisir Teluk Lampung, Kamis (17/10).
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Sampah plastik menumpuk dan menebar di pesisir Teluk Lampung, Kamis (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Berbicara tentang sampah, seakan tak pernah habisnya. Sampah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari umat manusia.

Pada setiap harinya, setiap manusia pasti akan memproduksi sampah, entah itu sampah organik, maupun non-organik. Salah satu jenis sampah yang cukup meresahkan masyarakat dunia dewasa ini adalah sampah plastik.

Baca Juga

Sampah plastik ditengarai mampu menghasilkan emisi karbon yang tinggi, sehingga menimbulkan perubahan iklim yang mengakibatkan kondisi planet bumi bertambah panas. Selain bahaya tersebut, sampah plastik juga sangat sulit terurai dengan baik di tanah, karena rantai karbonnya yang panjang dan mikro organisme juga sulit mengurainya.

Pada tahun 2015, Indonesia bertengger di peringkat kedua dunia sebagai penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut dengan volume sebesar 187,2 juta ton. Angka inisetingkat di bawah negeri Tirai Bambu China yang sebanyak 262,9 juta ton.

Penggunaan plastik memang tidak bisa dihindari dalam keseharian hidup manusia, karena plastik pasti akan selalu ada di mana-mana, entah itu di meja makan, di restoran, di taman, di kelas, di dapur, di perkantoran, dan di ruang terbuka umum lainnya.

Atas keprihatinan terhadap persoalan plastik yang kian memburuk ini, lahirlah sebuah organisasi nirlaba bernama Trash Hero. Organisasi ini didirikan di Thailand pada tahun 2013, sebagai sebuah gerakan global dalam mengatasi sampah plastik.

Pada 2018 lalu, Trash Hero kemudian mengepakkan sayapnya menjadi 135 cabang yang tersebar di 11 negara, masing-masing Australia, Republik Ceko, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Romania, Serbia, Singapura, Swiss, Thailand, dan Amerika Serikat.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Trash Hero tersebar di sejumlah wilayah antara lain di Lembata, Maumere, Labuan Bajo, Ende dan Belu.

Sejak didirikan hingga pertengahan 2019, Trash Hero World sebagai organisasi induk yang menaungi Trash Hero se-dunia telah berhasil melakukan 7.121 aksi bersih dengan melibatkan 230.190 relawan, termasuk 57.317 anak yang berhasil mengumpulkan 1.164.370 kg sampah.

Theresia Wi, pemimpin Trash Hero wilayah Lembata, mengungkapkan misi Trash Hero saat ini hanya fokus kepada masalah sampah plastik,

"Kami di Lembata, misalnya, setiap akhir pekan selalu mengadakan aksi bersih (clean up) untuk memungut sampah, terutama sampah plastik, baik di pasar, di pelabuhan, di pantai, di titik-titik publik," katanya.

Selain mengadakan aksi bersih, Trash Hero juga aktif melakukan kampanye dalam upaya mengurangi penggunaan plastik melalui media sosial, dan menjual botol stainless steel yang pada pertengahan 2019 telah mencapai 88.990 botol.

Artinya, ada sekitar 32,5 juta botol plastik yang berkurang. Untuk mengurangi penggunaan kantong plastik yang lazim digunakan saat berbelanja, Trash Hero telah menjual sebanyak 19.860 tas ramah lingkungan, untuk mengurangi 7,25 juta kantong plastik di seluruh dunia.

"Komitmen kami talk less, do more. Harus lebih banyak kerja dari pada bicara. Percuma banyak pesan atau kampanye lewat media, kalau kita tetap berdiam diri dan tidak bergerak bersama," katanya menegaskan.

Theresia menjelaskan, dalam berbagai pendekatan yang mereka lakukan, ada prinsip tertentu yang harus selalu dijunjung, yakni positif, terbuka dan netral, menunjukkan, bukan mengajarkan, lalu ulangi dengan berpikir secara global, beraksi secara lokal, dan tidak melibatkan uang.

"Di Lembata, kami fokus mendaur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan (handycraft). Kami juga melakukan edukasi ke sekolah-sekolah, dan menyebarluaskan berbagai informasi lewat siapa saja yang sama-sama punya komitmen untuk menjaga dan menyelamatkan masa depan bumi dari bahaya plastik," ujarnya.

Theresia berharap, akan semakin banyak anak muda yang terlibat dalam usaha pengurangan plastik, dimulai dari diri sendiri, sehingga masalah penanganan sampah plastik bisa terwujud dengan baik.

Masalah sampah plastik di Indonesia lagi-lagi menjadi sorotan publik. Melihat perkembangan masalah sampah plastik, agaknya pemerintah memang sudah harus mempercepat perbaikan sistem pengelolaannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia dan sekitar 4,8 - 12,7 juta ton di antaranya terbuang dan mencemari laut.

Jutaan sampah plastik

Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48 - 1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.

Data itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. China memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun.

Pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Saat ini, industri-industri minuman di Indonesia merupakan salah satu sektor yang pertumbuhannya paling pesat.

Pada kuartal I tahun 2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman mencapai 24,2 persen secara tahunan (YoY) hanya kalah dari industri pakaian jadi.

Banyak dari hasil akhir produk minuman menggunakan plastik sekali pakai sebagai packaging. Minuman-minuman tersebut dapat dengan mudah ditemui di berbagai gerai ritel, baik modern maupun tradisional.

Pertumbuhan industri minuman yang sangat pesat tentu saja akan menghasilkan pertumbuhan jumlah sampah plastik yang semakin banyak. Terlebih saat ini kapasitas pengolahan limbah plastik masih terbilang minim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement