REPUBLIKA.CO.ID, BATUSANGKAR -- Tim Ahli Pokja Geopark Ranah Minang yang juga menjabat Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) pengurus daerah Sumatra Barat Dian Hadiyansyah menyebutkan Danau Singkarak yang terletak di Kabupaten Solok dan Tanah Datar setiap tahun bertambah luas.
"Danau itu makin lama makin luas karena memang ada istilah geologi namanya lembah patahan, yakni danau yang terbentuk akibat patahan lempengan," kata Dian Hadiyansyah, Kamis (24/10).
Kondisi tersebut salah satu yang dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) atau kelompok diskusi terarah dalam rangka mengembangkan Danau Singkarak menjadi kawasan geopark nasional di Batusangkar, Rabu (23/10). Ia mengatakan dalam skala waktu geologi, pergerakan patahan tersebut terjadi dalam waktu yang lama, bisa mencapai rentan waktu puluhan, ribuan, bahkan jutaan tahun.
"Itu adalah proses geologi yang biasa karena terbentuknya dari patahan. Proses perubahan tersebut tidak cepat, dalam puluhan tahun bergerak hanya berapa sentimeter saja," katanya.
Kendati demikian proses pergerakan tersebut hanya proses geologi biasa, dan tidak memberikan dampak negatif bagi warga yang bertempat tinggal di kawasan tersebut. Terkait dengan pengembangan Danau Singkarak menjadi geopark nasional, secara geologi Danau Singkarak memiliki nilai warisan dan keanekaeragaman yang bernilai tinggi tidak kalah dari geopark Danau Toba.
Dengan telah ditetapkannya Danau Toba sebagai geopark global dari UNESCO, diharapkan Danau Singkarak segera menyusul bersama dengan Danau Dibawah dan Diatas, sebab kedua danau itu memiliki proses yang sama yakni satu jalur patahan Sumatra. Konsep pengembangan geopark tersebut adalah konsep konservasi atau pelestarian dan mengingatkan masyarakat dibalik alam yang indah itu juga harus waspada dengan bencana alam yang muncul.
Geopark juga menaikkan nilai dan daya tarik kawasan melalui destinasi wisata dengan memanfaatkan segala potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia di daerah setempat yang dapat dikelola secara bermanfaat dan berkelanjutan. "Jadi dalam geopark ditentukan produk lokal yang bisa dijual ke pengunjung. Sebagai contoh di Gunung Sewu karena di sana banyak jangkrik jadi mereka menjual hama jangkrik itu yang sudah digoreng. Jadi itu yang kita pertahankan dan kita kembangkan, pemberdayaan masyarakat lokal," ujarnya.