Rabu 23 Oct 2019 04:25 WIB

Hanya 6,9 Persen SMK di Jabar yang Kategori Baik

Mayoritas SMK di Jabar menghadapi masalah kualitas pendidik, sarana dan standar

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Mayoritas SMK di Jabar menghadapi masalah kualitas pendidik, sarana dan standar
Mayoritas SMK di Jabar menghadapi masalah kualitas pendidik, sarana dan standar

SUMUR BANDUNG, AYOBANDUNG.COM -- Anggota Barisan Ilmuan Jawa Barat (Balebat) Asep Maulana mengatakan, berdasarkan hasil penelitiannya, hanya 6,97 persen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Barat yang dapat masuk ke dalam kategori mutu "baik". Hal ini berpengaruh pada kualitas SMK di Jabar secara keseluruhan, termasuk minimnya angka serapan lulusan SMK ke dunia industri.

Hal tersebut disampaikan Asep pada pemaparan Revitalisasi SMK menjadi SMK Juara di Hotel El Royale Bandung, Selasa (22/10). Kecilnya angka SMK yang tergolong ke dalam kategori baik dinilai menjadi salah satu permasalahan paling krusial yang tengah dihadapi SMK di Jabar saat ini.

"Masalah krusial pertama itu SMK dengan mutu baik di Jawa Barat hanya 6,97 persen," ungkapnya.

AYO BACA : SMK Sumbang Angka Pengangguran Besar, Ridwan Kamil Lakukan Evaluasi

Beberapa hal yang menjadi parameter standar mutu SMK di antaranya adalah kinerja dalam bidang pembiayaan, kompetensi lulusan, standar isi, proses, penilaian pendidikan, pendidik dan TK, sarana pendidikan, serta pengelolaan pendidikan.

Dari data penelitian Asep dan tim, mayoritas kondisi SMK di Jabar masih menghadapi permasalahan pada bidang kualitas pendidik, sarana pendidikan, serta standar isi yang ingin dikeluarkan oleh SMK berkaitan. Hal tersebut berpengaruh pada angka serapan lulusan SMK ke industri yang terus berkurang setiap tahunnya.

"Pada 2016 ini serapan 72 persen, turun jadi 71 persen pada 2017, dan tahun kemarin hanya 67 persen," jelasnya.

AYO BACA : Jadi Sumber Pengangguran, SMK di Jabar Bakal 'Dipermak' Lewat 3 Cara Ini

Oleh karenanya, salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah pusat maupun daerah adalah dengan melakukan pemetaan potensi lulusan masing-masing SMK yang ada.

"Kemudian pihak sekolah pun harus dapat memetakan minat dan bakat siswanya sehingga potensi mereka dapat dikembangkan secara optimal," jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga menawarkan konsep pembentukan CoE atau Center of Excellence yang dinamani "Innovation Hub" dimana para pelaku pengembangan kualitas SMK lintas sektor dapat bekerja dan berkolaborasi untuk meramu kurikulum SMK yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman.

Tujuan dari diciptakannya hub tersebut di antaranya adalah pengembangan siswa, peningkatan akses teknologi, membina keterhubungan dan jaringan, pencetakkan siswa yang siap menghadapi masa depan, hingga pengalaman belajar terintegrasi.

"Misalnya kalau ada SMK bidang pertanian, dibuat hub pertanian sehingga hub tersebut dapat menjadi pembekalan bersama dalam pengembangan kurikulum SMK berkelanjutan," paparnya.

AYO BACA : Kemendikbud Bakal Revitalisasi 5.000 SMK Hingga 2024

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement