Senin 21 Oct 2019 17:11 WIB

Petani Purbalingga Kembangkan Teknik Baru Perangkap Tikus

Serangan tikus di Purbalingga secara akumulatif telah mencapai 655 hektare.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Tikus Liar (ilustrasi)
Tikus Liar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Petani di Desa Sokawera Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga, mengembangkan teknik baru metode perangkap hama tikus sawah. Metode tersebut diberi nama Trap Barrier System (TBS).

''TBS merupakan metode perangkap tikus dengan cara menanam terlebih dahulu sepetak tanaman padi sebagai umpan sekaligus perangkap,'' ujar penyuluh pertanian senior Munasir, yang melakukan uji coba metode perangkap tikus ini di areal persawahan milik kelompok tani Makmur 2 desa Sokawera, Senin (21/10).

Dari hasil percobaan peneraan metode ini di sawah Desa Padamara, Munasir menyebutkan, adanya satu petak sawah sebagai umpan dan perangkap tikus ini, akan mampu menyelamatkan 10 hektare sawah di sekitarnya. Khususnya, di areal sawah yang menjadi endemik hama tikus.

Dia menyebutkan, tikus sawah memiliki sifat dan naluri untuk menetap di satu wilayah. Bila sudah menyerang satu wilayah areal sawah, biasanya akan tetap berada di wilayah itu. ''Sifat seperti ini yang kita manfaatkan untuk menjebak tikus. Dengan menanam lebih dulu padi di satu petak lahan sawah, maka tikus akan segera membuat sarang di wilayah itu,'' ujar dia.

Kepala Dinas Pertanian Purbalingga Mukodam menjelaskan,  TBS ini dilakukan dengan cara menanam padi di area sekitar 20 X 20 sebagai tanaman umpan yang ditanam lebih awal dari lahan sekitarnya. Setelah tanaman di lahan jebakan sudah berusia 27 hari, baru lahan sekitarnya mulai ditanami padi.

''Selama masa 27 hari itu, tikus akan berdatangan masuk dan membuat sarang di lahan tersebut harus ditangkap dan dimusnahkan. Hal ini mengingat setiap ekor tikus di kawasan sawah tersebut, akan mencari makan dengan mengikuti jejak pendahulunya yang ditinggalkan, baik melalui jejak kaki, bekas urin, maupun rontokan bulu,'' katanya.

Sebelum masa tanam di lahan lainnya dimulai, petani harus memburu tikus di lahan jebakan dengan gropyokan. ''Metode TBS ini terbukti sangat efektif dan dalam menyelamatkan areal sawah dari hama tikus. Dengan membuat lahan jebakan seluas 20 X 20 meter, mampu menyelamatkan lahan persawahan hingga 10 hektare,'' katanya.

Dari data yang dimiliki, Mukodam mengungkapkan, serangan hama tikus di areal persawahan Kabupaten Purbalingga sampai dengan akhir September 2019, secara akumulatif telah mencapai 655 hektare. Dari jumlah itu, yang mengalami kerusakan sedang seluas 8 hektare, dan serangan ringan 647 hektare.

Bupati Purbalingga yang meninjau langsung lahan jebakan tikus tersebut, memberi apreasiasi pada petani dan penyuluh yang mengembangkan metode jebakan TBS. ''Hama tikus itu merupakan salah satu hama padi yang sangat sulit dibasmi. Kami akan meminta agar di lahan sawah daerah lain yang menjadi endemik tikus, juga bisa mengembangkan metode ini,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement