Senin 21 Oct 2019 09:21 WIB

Eksplorasi Potensi Pangan Lokal Melalui Jelajah Gizi

Jelajah gizi 2019 melakukan ekslorasi ragam potensi kandungan gizi di Kota Bogor.

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Bilal Ramadhan
Arif mujahidin selaku Corporate Comunication Director Danone Indonesia saat menjadi pembicara dalam acara Jelajah Gizi 2019.
Foto: Tim Humas Danone Indonesia
Arif mujahidin selaku Corporate Comunication Director Danone Indonesia saat menjadi pembicara dalam acara Jelajah Gizi 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah-tengah peringatan Hari Pangan Dunia yang jatuh pada 16 Oktober, masih banyak tantangan pangan yang dihadapi oleh anak-anak di dunia, baik dari ketersediaan kemampuan daya beli masyarakat, hingga kandungan gizi yang dikonsumsi sehari-hari.

Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) pada 2018, lebih dari 820 juta jiwa atau 1 dari 9 orang di dunia mengalami kekurangan gizi. Hal ini terjadi setelah penurunan angka kelaparan dunia selama satu dekade sebelum kembali naik pada 2015.

Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2018, anak usia balita masih dihantui masalah gizi kurang dan gizi buruk sebesar 17,7 persen bahkan stunting sebesar 30,8 persen. Ibu hamil dan anak usia dini juga menghadap tantangan serupa. Padahal investasi pemenuhan gizi pada 1000 hari kehidupan pertama dari masalah hamil hingga anak berusia 2 tahun merupakan kunci penting yang menentukan kesehatan mereka di masa depan.

Sejalan dengan Hari Pangan tahun ini, Danone Indonesia kembali menghadirkan kegiatan edukasi Jelajah Gizi untuk eksplorasi potensi pangan Kota Bogor. Sembari mendorong partisipasi aktif seluruh pihak dalam proses penyediaan, pemrosesan dan konsumsi pangan yang sehat bagi keluarga (healthy diets).

Arif mujahidin selaku Corporate Comunication Director Danone Indonesia mengatakan aksi terkait pangan sangat berkaitan dengan gerakan revolusi pangan dan visi ‘One Planet One Health’ dari Danone. Dimana Danone percaya setiap pihak dapat melakukan aksi dan pilihan terkait pangan untuk tentukan masa depan kesehatan anak-anak dan bumi yang lebih baik.

“Salah satu usaha edukasi kami adalah melalui Jelajah Gizi yaitu merupakan kegiatan eksplorasi potensi pangan di sebuah daerah yang mengangkat berbagai isu-isu pangan yang berbeda tiap tahunnya,” kata Arif dalam acara Jelajah Gizi 2019.

Jelajah gizi 2019 melakukan ekslorasi ragam potensi kandungan gizi di Kota Bogor hingga bagaimana setiap pihak produsen, konsumen dan penjual makanan dapat melakukan aksi terkait pilihan pangan untuk mendorong status gizi masyarakat yang lebih baik.

Menurut rekomendasi lembaga makanan dunia, FAO, selain diversifikasi pangan, cara produksi pemasokan hingga konsumsi makanan harus berubah sesuai dengan kebutuhan healthy diets dan kesehatan masyarakat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam healthy diets adalah makan dengan kuantitas cukup, aman, bergizi dan beragam.

Hal tersebut sangat berkaitan dengan konsep pangan seperti gizi seimbang, keamanan pangan (food safety), pembuangan makanan (food waste) hingga ketahanan pangan (food security). Selama Jelajah Gizi 2019, peserta akan diajak melihat berbagai konsep healthy diets tersebut diimplementasikan pada setiap proses pangan, mulai dari penanaman, pengolahan, penjualan hingga konsumsi pangan jadi.

Eksplorasi dari proses penanaman pangan di Kota Bogor akan dimulai dengan mempelajari proses penanaman berbagai jenis pangan di Boja Farm, dilanjutkan dengan penanaman pangan di perkotaan (urban farming) yang difasilitasi Kebun Kumara. Kemudian peserta akan diajak mengetahui pengolahan potensi pangan lokal yang dikembangkan kelompok wanita tani dengan mengunjungi daerah yang memiliki kebun talas, pala serta usaha asinan Bogor.

“Jelajah Gizi juga membawa peserta ke contoh penerapan program keamanan pangan seperti di Warung Anak Sehat di SDN Dewi Sartika 3, Kota Bogor. Tidak kalah menarik, eksplorasi pangan lokal juga dilakukan dengan mengunjungi kuliner khas Bogor seperti Soto Mie Bogor, Sate Sumsum Pak Ooh, Toge Goreng, Bir Kocok, Laksa Bogor dan lainnya,” kata dia menambahkan.

Prof Ahmad Sulaeman MS Phd selaku pakar gizi dan keamanan pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga ikut serta dalam Jelajah Gizi 2019 mengatakan hunger atau kekurangan gizi terjadi akibat kurang memadainya asupan pangan baik kuantitas maupun kualitas pangan yang juga bisa disebabkan karena rendahnya literasi pangan dan gizi sehingga kurang mampu memanfaatkan sumber daya pangan dengan baik.

Dalam rangka Hari Pangan Dunia, pada kegiatan Jelajah Gizi 2019, lanjut Ahmad, inisiatif ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk memperhatikan konsep-konsep bagaimana healthy diets bisa menjadi acuan berbagai pihak dalam melakukan aksi terkait pangan agar dapat berdampak positif pada kesehatan dan bumi di masa depan.

“Pola konsumsi masyarakat yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman. Yang paling penting adalah menyadarkan masyarakat bahwa pola makan yang sehat merupakan hal yang dapat diakses dan didapatkan secara mudah,” kata Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement