REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri
"Aku tak sing ngalah. Trimo mundur timbang loro ati". Petikan bait lagu "Suket Teki" karya Didi Kempot itu dengan lantang dinyanyikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang berduet dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Keduanya bernyanyi diiringi Elek Yo Band, sebuah grup musik yang beranggotakan beberapa menteri Kabinet Kerja.
Tak mau kalah, para hadirin yang berkumpul di ruang utama Istana Negara, Jumat (18/10), ikut mendendangkan lagu tersebut, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang terlihat menikmati alunan musik.
Namun, suasana meriah di ruangan yang biasanya digunakan untuk sidang kabinet itu harus berakhir. "Suket Teki" menjadi lagu penutup acara silaturahim perpisahan antara Presiden Jokowi, Wapres JK, dan jajaran menteri Kabinet Kerja periode 2014-2019.
Sebelum lagu usai, Presiden Jokowi berdiri untuk menyalami satu per satu jajaran Kabinet Kerja. Wapres JK juga mengikuti langkah Jokowi untuk ikut melepas sapaan perpisahan dengan para menterinya. Suasana berlangsung santai, tapi khidmat.
Rangkaian acara perpisahan ini dihadiri seluruh menteri dan pejabat setingkat menteri di bawah Jokowi-JK, kecuali Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Wiranto yang masih dalam masa pemulihan pascainsiden penusukan terhadapnya.
Menteri-menteri yang sudah mundur, lantaran mulai berkiprah di parlemen, juga terlihat hadir dalam acara ini. Misalnya, Yasonna Laoly yang sebelumnya menjabat menteri hukum dan HAM dan Puan Maharani yang sempat menjabat menko PMK.
Presiden Jokowi memanfaatkan momentum perpisahan ini untuk menyampaikan terima kasih sekaligus maafnya kepada para menteri Kabinet Kerja. Salah satu yang disinggung Jokowi adalah permintaan maaf lantaran dia kerap menelepon menteri-menterinya saat tengah malam.
Ia menyebut, ada tiga menteri yang paling sering dihubungi pada tengah malam, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Suasana acara silaturahmi kabinet kerja di Istana Negara, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Selain itu, Jokowi mengaku kerap memotong kompas untuk berkoordinasi dengan bawahannya. Misalnya, dalam beberapa kesempatan Jokowi lebih memilih berkomunikasi langsung dengan Komandan Korps Marinir Mayjen Suhartono dan KSAD Jenderal Andika Perkasa, ketimbang harus melalui Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Tak hanya itu, Jokowi juga mengaku memilih langsung memanggil direktur utama (dirut) perusahaan pelat merah tanpa harus melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. "Karena, keperluannya sangat mendesak. Hal-hal seperti itu harus saya kerjakan. Informasi yang dibutuhkan, tengah malam, pagi subuh. Karena, kita diberi tanggung jawab kelola 260 juta jiwa di negara kita," ujar Jokowi.
Jokowi tak lupa mengapresiasi seluruh kinerja para menteri dan pejabat setingkat menteri yang ikut membantunya sejak 2014 hingga saat ini. Tentu, ada menteri yang bergabung dengan Kabinet Kerja sejak awal, ada pula menteri yang bergabung di tengah jalan. Jokowi mengakui, kepemimpinannya selama lima tahun ini tak banyak diselingi dengan obrolan-obrolan ringan.
"Pas akhir-akhir begini, kita baru bertemu dan ada yang nyanyi. Biasanya kalau ketemu isinya kalau enggak ratas (rapat terbatas), ya paripurna," katanya.