REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menceritakan kisah tentang tiga pemimpin dunia yang berseteru namun kemudian bersatu pada Rapimnas dan Apel Kader Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, (16/10) lalu. Sejumlah petinggi Partai Gerindra menganggap cerita yang dikisahkan Prabowo tersebut merupakan cara berpikir untuk mengingatkan para kader untuk tetap mengedepankan kebersamaan sebagai bangsa.
"Ya, Pak Prabowo menjelaskan tentang kisah sejarah itu sebagai sebuah cara bahwa cara menyelesaikan untuk menghindari pertumpahan darah yang lebih besar bisa melalui jalan perundingan, perdamaian, dan seterusnya," kata Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani usai menghadiri acara perayaan ulang tahun Prabowo di kediaman Prabowo di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (17/10).
Muzani mengatakan cara tersebut juga pernah ditempuh oleh pemimpin-pemimpin Indonesia. Hal tersebut terlihat bagaimana pada saat perumusan Pancasila yang merupakan hasil kesepakatan.
"Karena pada akhirnya perseteruan peperangan dan gontok-gontokan tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah," ujarnya.
Sementara itu Wakil Ketua Umum Partai Gerindra lainnya Sufmi Dasco Ahmad menilai cerita Prabowo tersebut merupakan cerita yang diharapkan menjadi teladan bagi kader Partai Gerindra bagaimana berbangsa dan bernegara. Ia mempersilakan jika ada yang menafsirkan lain terkait cerita tersebut.
"Ya kalau itu kan silakan orang menafsirkannya. Kan masing-masing berbeda, dan kami pikir sikap kami kemarin sudah sangat jelas bahwa ketika Gerindra diminta membantu ya kami akan siap membantu baik di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan," jelasnya.
Ia mengatakan seluruh kader telah menyerahkan sepenuhnya langkah politik yang akan diambil oleh Prabowo. Sebelumnya politikus Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno mengakui sempat ada perbedaan pandangan terkait sikap politik Partai Gerindra di kalangan internal kader Partai Gerindra. Namun Prabowo mencoba meyakinkan para kadernya melalui tiga cerita. Cerita pertama yaitu cerita tentang perseteruan antara Abraham Lincoln dan William H Seward.
"Abraham Lincoln justru menawarkan Secretary of State itu menteri luar negeri posisi yang ketiga terkuat setelah Presiden Wakil Presiden adalah posisi Secretary of State sebagai jabatan diberikan Abraham Lincoln kepada Seward," kata Sandiaga di kediamannya di Senopati, Jakarta, Kamis (17/10).
Sandi mengatakan saat itu Prabowo mengisahkan bahwa Seward sempat bertanya kepada Lincoln atas jabatan tersebut. Padahal Lincoln tahu bahwa Seward membenci dirinya.
"Tapi ada satu hal yang tidak bisa dibantahkan dua dari kita memiliki kecintaan luar biasa kepada United States of America," kata Sandiaga menirukan cerita Prabowo.
Cerita kedua yaitu tentang persaingan antara Hideyoshi dan Tokugawa. Sehari sebelum keduanya berperang, keduanya menggelar pertemuan dan beruding serta memutuskan untuk tidak berperang.
"Oleh karena itu karena kita sama-sama cinta ke Nippon dan menghindari keterbelahan, kenapa kita nggak sepakat untuk tidak berperang besok. Selesaikan dalam bentuk perundingan," ujarnya.
Terakhir yaitu cerita tentang Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Hubungan keduanya sempat memanas. Namun justru Mao menunjuk Deng sebagai Sekjen Partai Komunis Cina.
"Mao bilang jangan bicarakan masa lalu. Deng juga setuju jangan bicarakan masa lalu, kita melihat kedepan RRT yang kuat," tuturnya.
Sandiaga mengungkapkan, dari tiga cerita tersebut ia menyimpulkan pikiran Prabowo bahwa yang harus dikedepankan adalah cinta bangsa dan cinta NKRI. Selain itu ia juga mengajak untuk melihat kedepan dan tidak melihat ke belakang. Terakhir Prabowo ingin menghindari perpecahan.
"Tiga hal itu yang dibawa ke Rapimnas kemarin yang menjadi pegangan. Ini tadi diakhiri dengan instruksi ke setiap kader kemarin ada 2.500 kader, ketua DPRD, wakil ketua DPRD, provinsi kabupaten, dan kota untuk dibawa ke daerah masing-masing dan disampaikan ke seluruh kader gerindra bahwa itu posisi gerindra," ungkap