REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sejumlah fasilitas belajar anak dibangun di Kota Surabaya, Jawa Timur, untuk mewadahi anak-anak agar mendapat kegiatan positif di luar sekolah. Fasilitas tersebut seperti rumah bahasa, rumah matematika, broadband learning center (BLC), ruang kerja bersama koridor, dan lainnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, mengatakan Pemkot Surabaya memiliki banyak program yang bertujuan untuk mendampingi dan menjaga anak-anak. Bahkan, berbagai fasilitas juga terus disediakan agar anak-anak mendapat kegiatan positif, baik di dalam maupun di luar sekolah.
"Pendidikan tidak hanya akan fokus pada area sekolah, tetapi yang paling penting bagaimana menyediakan lingkungan yang sehat dan memungkinkan bagi siswa. Tujuannya agar mereka bisa terus belajar di luar sekolah dan menjadikan mereka pembelajar seumur hidup," katanya di Surabaya, Selasa (15/10).
Untuk mendukung langkah tersebut, wali kota membangun berbagai fasilitas yang mewadahi agar anak-anak mendapat kegiatan positif di luar sekolah. Sementara di ruang publik, lebih dari 1.900 tempat wifi gratis tersedia untuk menyediakan akses internet yang sehat untuk semua orang.
Menurutnya, pendidikan yang baik harus didukung dengan kondisi kesehatan yang baik pula. Untuk itu, pihaknya mendirikan pos-pos kesehatan di tingkat lingkungan, untuk balita maupun remaja. Bahkan, Pemkot Surabaya juga memiliki program pendidikan kampung atau lingkungan.
"Dalam program ini, semua lingkungan di kota harus menunjukkan dukungan kepada anak-anak usia sekolah untuk belajar dan membantu mengurangi potensi kenakalan remaja," katanya.
Salah satu ruang kegiatan positif yang ada di sekolah adalah Konselor Sebaya. Pada 2019, merupakan penyelenggaraan ketujuh program Konselor Sebaya yang digelar Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya. Konselor Sebaya tersebut digelar mulai 15-18 Oktober 2019, dengan melibatkan 2.715 pelajar SMP/MTs baik negeri dan swasta se-Kota Surabaya.
Kepala Dispendik Kota Surabaya Ikhsan mengatakan, dalam beberapa tahun ini pihaknya mempunyai program guru bimbingan konseling (BK) di sekolah adalah sahabat siswa. Konsepnya, guru BK tidak menunggu anak datang untuk menceritakan problem yang dihadapi, tetapi guru BK mendekati anak tersebut terlebih dahulu untuk melakukan pendekatan. Dengan demikian, anak tersebut bisa lebih terbuka.
"Guru BK ini tidak sendiri, karena kami juga menyiapkan tim tingkat kota untuk memberi pendampingan, seperti dari Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI), lembaga swadaya masyarakat yang konsen dengan persoalan anak, psikolog jalanan, dan lain sebagainya," kata Ikhsan.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya itu menegaskan bahwa program untuk anak-anak yang ada di sekolah terhubung dengan Pemkot Surabaya. Jika di sekolah ada Konselor Sebaya, di tingkat kota ada Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang ditujukan bagi keluarga, serta Kampung Pendidikan Kampunge Arek Suroboyo untuk mengedukasi masyarakat.
"Semua program yang dikembangkan itu agar anak-anak Surabaya lebih terjaga. Tidak ada lagi anak-anak yang terlibat geng-gengan yang oleh ibu wali kota sudah didamaikan beberapa waktu lalu," katanya.