REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gempa tektonik 5,0 skala richter terjadi di tenggara Cilacap pada Senin (14/10) malam. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY memastikan gempa tidak berpotensi tsunami.
Kepala BMKG DIY, Agus Riyanto menjelaskan, analisis BMKG menunjukkan gempa memiliki parameter awal magnitudo 5,0 skala richter. Kemudian, dimutakhirkan menjadi 4,8 skala richter.
Episenter gempa terletak di koordinat 8,38 lintang selatan dan 109,30 bujur timur. Tepatnya, di laut dalam jarak 79 kilometer arah tenggara Kabupaten Cilacap dengan kedalaman 75 kilometer.
Lalu, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa merupakan jenis menengah. Hal itu lantaran adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam dibawah lempeng Eurasia.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault)," kata Agus kepada wartawan, Senin (14/10) malam.
Gempa dilaporkan dirasakan di Bantul, Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Purworejo, Cilacap dan Kebumen II. Hingga kini, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
"Hasil pemodelan menunjukkan kalau gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," ujar Agus.
Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan. Kepada masyarakat, Agus mengimbau tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Namun, masyarakat diminta menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan gempa. Selain itu, periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa atau tidak ada kerusakan akibat gempa.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal-kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," kata Agus.