Ahad 13 Oct 2019 17:05 WIB

Museum Cermin Peradaban Bangsa

Semakin peduli suatu bangsa pada museum, biasanya semakin tinggi tingkat peradabannya

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pekerja membersihkan jendela bangunan di Kawasan Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta, Kamis (8/3).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Pekerja membersihkan jendela bangunan di Kawasan Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta, Kamis (8/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, museum merupakan salah satu simbol tingkat kemajuan dan peradaban suatu bangsa. Ia mengatakan, apabila museumnya bagus maka merupakan cermin komitmen sebuah negara dalam menjaga sejarahnya.

"Semakin peduli, semakin kuat komitmennya didalam menangani, memelihara, mengembangkan, dan memperhatikan museum, biasanya semakin tinggilah tingkat peradaban sebuah bangsa itu," Muhadjir saat menghadiri Puncak Peringatan Hari Museum Indonesia, di Taman Fatahillah, Jakarta, Sabtu (12/9).

Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum, kata dia, pemerintah berkomitmen untuk terus memajukan museum. Dengan komitmen tersebut menunjukan bahwa Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan.

"Komitmen Pemerintah tentu saja melalui PP Nomor 66 tahun 2015. Kita akan terus memacu agar museum-museum Indonesia semakin maju sebagai perlambang bahwa bangsa Indonesia juga mengalami kemajuan-kemajuan yang signifikan," ujar dia.

Muhadjir berharap masyarakat Indonesia memliki kepedulian yang tinggi terhadap museum-museum Indonesia dengan cara turut hadir meramaikannya. Ia menuturkan, museum memiliki banyak artefak dan pesan-pesan sejarah.

Pesan-pesan peradaban yang tersimpan, di dalam Museum itu perlu dikenalkan dan disosialisasikan kepada generasi muda. Generasi muda, kata Muhadjir perlu memiliki kebanggaan atas hasil budaya nenek moyang.

Sementara itu, Guru sejarah SMA Negeri 29 Jakarta, Aji Tri Wikongko berharap agar pemerintah daerah bisa membantu museum agar pamerannya lebih menarik. Selain itu, perlu dibuat program yang bisa mendorong partisipasi masyarakat terutama kalangan pelajar untuk dapat belajar di museum.

Ia mengatakan, selama ini yang menjadi masalah adalah akses ke museum. Ia mencontohkan berdasarkan kondisi sekolah-sekolah di Jakarta.

Semenjak biaya sekolah ditanggung seluruhnya oleh pemda, hal itu juga mengurangi kunjungan ke museum baik di Jakarta atau di kota lain. 

"Sebab sudah tegas larangan pungutan biaya kepada peserta didik meskipun tujuannya adalah kegiatan belajar di museum. Hampir tidak ada sekolah negeri yang mengalokasikan anggaran sekolahnya untuk kegiatan kunjungan museum," kata dia menjelaskan.

Meskipun demikian, ia menyebut untuk di Jakarta museum yang sering melibatkan pelajar adalah Museum Basoeki Abdullah. Menurut dia, Museum Basoeki Abdullah sangat aktif melibatkan pelajar mulai dari usia dasar hingga menengah atas.

"Tidak cuma itu, guru juga seringkali dilibatkan, dan karena museumnya memiliki jenis koleksi lukis maka dilibatkan juga guru seni, pegiat seni atau masyarakat umum," kata dia lagi.

Tanggal 12 Oktober ditetapkan sebagai Hari Museum Indonesia, karena pada saat itu ada momen penting untuk sejarah permuseuman di Indonesia, yaitu Musyawarah Museum se-Indonesia yang pertama kalinya pada tahun 1962 di Yogyakarta.

Saat ini, terdapat 439 museum yang tercatat oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud. Jumlahnya cukup banyak karena Indonesia adalah negara yang memliki budaya yang beraneka ragam. Kebudayaannya yang sangat kaya tentu membutuhkan cara pelestarian dan pemajuan kebudayaan dalam wujud museum.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Fitra Arda, mengatakan bahwa museum bukan hanya tempat melestarikan kebudayaan dan edukasi saja, namun menjadi ruang rekreasi yang menyenangkan. Tak hanya itu, museum juga berfungsi sebagai ruang publik yang memajukan kebudayaan, tempat bertemunya masyarakat dari berbagai latar belakang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement