Ahad 13 Oct 2019 09:23 WIB

Puan Maharani Harus Membuktikan Berpihak pada Perempuan

Dalam wawancara Puan tidak secara khusus menyebut akan membawa suara perempuan.

Nur Aini
Foto: dok. Republika
Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nuraini*

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan, Puan Maharani mengungkapkan motivasinya menjadi ketua DPR setelah dilantik pada 1 Oktober 2019. Dia berharap keterpilihannya menjadi ketua DPR memotivasi perempuan terjun ke politik.

"Saya ingin membuktikan bahwa perempuan dalam berpolitik juga bisa berprestasi, bisa sejajar seimbang dengan laki-laki," kata Puan kala itu.

Puan terpilih sebagai ketua DPR perempuan pertama dalam sejarah Indonesia. Dia mengikuti jejak ibunya, Megawati Soekarno Putri yang berkarir dalam politik yang mencatatkan sejarah sebagai presiden perempuan pertama Indonesia. Dengan kendaraan partai politik pimpinan ibunya, PDI Perjuangan, Puan diantarkan masuk DPR dengan perolehan 404.034 suara dari daerah pemilihan Jawa Tengah V. Terpilihnya Puan sebagai ketua DPR tersebut kembali menguak persoalan dalam politik di Indonesia, khususnya soal representasi perempuan.

Pada periode 2019-2024, keterwakilan perempuan tercatat yang tertinggi sepanjang sejarah yaitu 118 orang. Meski mencatat sejarah, keterwakilan perempuan itu tetap saja hanya 20,5 persen dari seluruh anggota DPR, masih jauh dari kuota 30 persen. Angka itu sudah naik dari periode 2014-2019 yang hanya ada 97 perempuan atau 17,3 persen. Kondisi itu terjadi meski 16 parpol peserta pemilu 2019 sudah berhasil memenuhi kuota 30 persen caleg perempuan. Berdasarkan penelitian PBB, kuota 30 persen tersebut adalah angka minimal untuk membuat perubahan yang menentukan kualitas keputusan dalam lembaga publik.

Dengan kondisi masih sulitnya 30 persen perempuan di DPR, Puan Maharani merepresentasikan bukan perempuan sembarangan. Sulit untuk tidak menghubungkan pengaruh besar ibunya, Megawati dan kendaraan politiknya, PDIP untuk keberhasilan Puan menduduki kursi tertinggi di DPR. Puan memiliki modal politik dari dinasti keluarga Sukarno. Perolehan suara PDIP dalam Pemilu 2019 yang mendominasi kursi di DPR, memberi karpet merah bagi Puan duduk sebagai pimpinan.

Persoalan representasi selanjutnya adalah suara siapa yang diwakili oleh Puan Maharani? Puan, masih dalam wawancara yang sama, mengatakan bahwa dia bertanggungjawab menyalurkan aspirasi rakyat yang mereka titipkan kepada wakil rakyat. Puan mengklaim ingin bekerja membawa aspirasi rakyat yang dia wakili. Suara perempuan, tidak secara khusus dia ingin wakili. Namun justru, dia mengharapkan perempuan bisa melihatnya berprestasi dalam berpolitik, yang sejajar dengan laki-laki. Memang tidak cukup hanya sekadar memasukkan perempuan ke dalam DPR, menjadi pemimpinnya sekalipun. Perempuan yang membawa suara kepentingan perempuan yang paling termarginal di negeri ini masih  harus ditambah hingga mendominasi kepentingan partai.

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement