Jumat 11 Oct 2019 15:32 WIB

Ali Fauzi: Penyerangan Wiranto Bukan Gaya Baru

Ali Fauzi mengaku memang ada perubahan tren penyerangan oleh terorisme.

Menko Polhukam Wiranto digotong dari mobil menuju ruang UGD Menes Medical Center (MMC) sesaat setelah diserang di Alun-alun Menes usai meresmikan ruang kuliah bersama Universitas Matlaul Anwar di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).
Foto: Antara/Weli Ayu Rejeki
Menko Polhukam Wiranto digotong dari mobil menuju ruang UGD Menes Medical Center (MMC) sesaat setelah diserang di Alun-alun Menes usai meresmikan ruang kuliah bersama Universitas Matlaul Anwar di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat terorisme Ali Fauzi mengomentari penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM (Menkopolhukam) Wiranto.  Menurut Ali Fauzi, modus penyerangan yang digunakan pelaku, hampir sama dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Penyerangan terhadap aparat negara sering terjadi baik menggunakan bom, parang, maupun pisau.

"Bulan lalu di Surabaya juga sama, oknum melakukan penyerangan terhadap aparat pemerintah polisi di polsek Wonokromo. Sekarang bergeser ke barat, ke Banten, malah yang diserang adalah aparat yang lebih tinggi, dalam hal ini Wiranto," kata Ali Fauzi dikonfirmasi Jumat (11/10).

Baca Juga

Ali Fauzi melajutkan, berdasarkan hasil analisa, memang ada perubahan tren penyerangan terorisme. Jika dibandingkan dengan kasus lebih lama, terorisme dibagi menjadi dua.  Aksi terorisme yang dilakukan mulai 2000 hingga 2010, dominan pelakunya adalah JI (jamaah Islamiyah). Sasarannya adalah simbol barat, hotel, bule dan lain-lain.

Kemudian mulai 2010 hingga saat ini, pelaku didominasi oleh mereka yang terafiliasi ISIS, seperti Jamaah Ansharud Daulah (JAD), dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Tren penyerangan yang dilakukan juga berubah. Bahkan penyerangan seperti saat ini, hampir tidak terjadi di 2000 hingga 2010.

"Dulu banyak melakukan cara kasar, bom mobil, bom rompi, jumlah korban juga bisa ratusan orang. Belakangan begeser. Serangannya bervariasi. Kadang pakai bom tapi kecil, kadang melakukan perampokan, sering juga melakukan penyerangan terhadap polisi," ujar Ali Fauzi.

Ali Fauzi mengungkapkan, doktrin dan ideologi yang dianut pelaku teror juga berbeda. Kelompok lama yang didominisi JI, pemikirannya lebih halus daripada kelompok sekarang yang terafiliasi ISIS. Kelompok lama, pemikiran takfiri terhadap pemerintah lebih halus, dan lebih menysar pada takfir aini atau per individu.

"Sementara kelompok ISIS menggunakan takfir Amm, pengafiran secara menyeluruh. Bahwa semua aparat pemerintah kafir. Seluruh komponen yang mendukung NKRI kafir dan boleh dibunuh," kata Ali Fauzi.

Ali Fauzi berpendapat, penyerangan terhadap aparatus negara tersebut tidak bisa dikatakan konnyol. Penyerangan dilakukan seperti itu menurutnya karena kemampuan mereka yang terbatas.

"Bisa saja mereka terlebih dahulu terkontaminasi paham jihad yang susah membendung, sehingga semangat lebih besar dari kemampuan. Mereka belum pernah belajar cara peledakan, akhirnya apapun cara dan bagaimana kemampuan tetap menyerang. Yang penting eksistensi mereka ada," ujar Ali Fauzi.

Seperti diketahui, Menkopolhukam Wiranto diserang  orang tak dikenal usai menghadiri peresmian Gedung Kuliah di Universitas Mathla'ul Anwar di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10). Atas peristiwa ini, Wiranto mengalami luka tusuk pada bagian perut. Saat ini, Wiranto pun mendapat penanganan di  RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement