Jumat 11 Oct 2019 14:23 WIB

Trauma Bencana Sosial Lebih Berat Dibanding Bencana Alam

Trauma akibat bencana sosial dinilai lebih dalam dibandingkan trauma bencana alam.

Sejumlah pedagang berjualan di Pasar Tradisional Sinakma, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (11/10/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Sejumlah pedagang berjualan di Pasar Tradisional Sinakma, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (11/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Trauma akibat bencana sosial seperti kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua lebih dalam dibandingkan trauma yang disebabkan bencana alam. Hal itu diungkapkan Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial Milly Mildawati di Jakarta, Jumat (11/10).

"Traumanya lebih dalam bencana sosial. Bencana alam itu mereka sadar itu akibat fenomena alam, ada yang menganggap bencana alam itu hukuman dari tuhan ada yang menganggap teguran dari tuhan," kata dia.

Sementara jika terdampak bencana sosial seperti kerusuhan di Wamena pada 23 September lalu, rumah dan tempat usaha mereka rusak karena manusia dan tanpa tahu alasannya.

"Kalau bencana alam, meski belum aman mereka tetap ingin kembali ke rumahnya, misalnya gunung meletus meski belum aman mereka memaksa untuk pulang ke rumah takut harta bendanya terdampak bencana alam," katanya.

Tapi jika bencana sosial, menurut Milly, mereka akan meninggalkan harta benda karena yang penting mereka aman dan selamat. Pascakerusuhan di Wamena, ribuan warga eksodus meninggalkan kota di pegunungan tengah Papua tersebut karena khawatir dengan kondisi keamanan.

Lebih lanjut Milly mengatakan, sangat wajar jika warga ketakutan karena baru mengalami kejadian traumatis. Milly bersama tim LDP Kementerian Sosial memberikan layanan untuk memulihkan trauma pascakerusuhan di Wamena.

Berbagai kegiatan dilakukan seperti bermain, bercerita dan bernyanyi untuk anak-anak. Sedangkan untuk orang dewasa, layanan yang diberikan berupa kegiatan percakapan sosial yang bertujuan memberikan ruang komunikasi, mendengarkan keluhan dan harapan mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement