REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPM-Desa) Provinsi Jabar, terdapat 326 desa berstatus tertinggal. Padahal, Indeks Desa Membangun (IDM) Jawa Barat yang menjadi indikator dalam penetapan status desa di Indonesia terus memperlihatkan grafik menanjak.
"Dari jumlah tersebut, 45 di antaranya berada di Kabupaten Bogor," ujar Kepala DPM-Desa Provinsi Jabar Dedi Supandi, Kamis (10/10).
Dedi optimistis desa di Jabar akan terus mengalami peningkatan status setiap tahunnya. Apalagi, inovasi Desa Juara yang digagas Pemdaprov Jabar mampu mendongkrak IDM secara signifikan. Dedi pun berharap berharap ketimpangan antara pedesaan dan perkotaan terus terkikis. Sehingga, pernyataan tinggal di desa, rezeki kota, yang kerap diucapkan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dapat terwujud dengan cepat.
Selain itu, menurut Dedi, selama masa kepemimpinan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar berhasil meningkatkan status desa mandiri dari 37 menjadi 98 desa. Belum lagi jumlah status desa maju bertambah menjadi 1.232 desa. Bahkan, saat ini sudah tidak ada lagi desa berstatus sangat tertinggal.
"Dengan beberapa program, sekarang jadi 98 desa mandiri. Berarti ada kenaikan itu hampir 100 persen dari 37 desa mandiri," katanya.
Artinya, menurut Dedi, program desa dengan kolaborasi dan inovasi yang kami terapkan mampu mengejar ketertinggalan dan cocok untuk diterapkan.“Kita harap ke depan bahwa desa menjadi pusat keuangan, pusat dari pada government, dari posisi di situ tidak lagi berduyun-duyun datang ke kota besar,” kata Dedi.
Berdasarkan Permendesa PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang IDM, ada ratusan indikator yang menentukan status desa yakni, mulai dari dimensi pelayanan, dimensi kesehatan, akses pendidikan dasar, sampai keterbukaan wilayah terhadap lingkungan ekonomi. Maka, peningkatkan status desa di Jabar koheren dengan peningkatan indikator IDM.
Keberhasilan tersebut, kata dia, tidak lepas dari inovasi bernama Desa Juara yang memiliki tiga pilar, yakni digitalisasi layanan desa, One Village One Company (OVOC), dan Gerakan Membangun Desa (Gerbang Desa). Dari tiga pilar tersebut turun sederet program unggulan, seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Patriot Desa, Jembatan Gantung Desa (Jantung Desa), Jalan Mulus Desa, Sapa Warga, Mobil Maskara, dan banyak program lainnya.
Program-program itu, kata dia, dirancang untuk menyelesaikan tiga masalah krusial desa di Jabar. Pertama, ketimpangan angka kemiskinan dan digitalisasi pedesaan dengan perkotaan tinggi. Selain itu, IDM Jabar masih rendah. "Terakhir berkaitan dengan sistem keuangan desa yang belum maksimal," katanya.