Kamis 10 Oct 2019 12:10 WIB

Budidaya Lebah Kelulut dan Upaya Menjaga Lahan Gambut

Sejak budidaya kelulut, perhatian warga menjaga hutan semakin meningkat.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Friska Yolanda
Api membakar semak belukar yang kering di lahan gambut dekat permukiman warga di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Riau, Kamis (7/3/2019).
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Api membakar semak belukar yang kering di lahan gambut dekat permukiman warga di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Riau, Kamis (7/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, DUMAI -- Sudah setahun terakhir, Binsar bersama 15 warga lainnya terjun dalam budidaya lebah madu kelulut di kawasan lahan gambut pemerintah di Kelurahan Bukit Timah Kecamatan Dumai Selatan, Kota Dumai. Mereka tergabung dalam kelompok tani hutan maju lestari yang dibentuk atas dorongan dan kerjasama antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Pemkot Dumai, Pemprov Riau dan Badan Restorasi Gambut (BRG).

Ini bukan sekedar upaya untuk meningkatkan kesejahteraan warga yang terlibat dalam Kelompok Masyarakat (Pokmas) Budidaya Madu Kelulut. Lebih dari itu, Binsar dan anggota Pokmas juga punya misi untuk menjaga kelestarian area lahan gambut terutama agar tak terjadi kebakaran lahan dan hutan di kawasan lahan gambut.

Baca Juga

“Kalau sudah bergabung (Pokmas) mau tidak mau kita harus menjaga area tempat budidaya lebah. Karena kalau lahannya sampai terbakar, lebah kelulut ini tidak bisa mendapat makanannya,” kata Binsar saat berbincang dengan Republika.co.id pada Rabu (9/10).

Binsar pun mengungkapkan sejak adanya budidaya lebah kelulut, perhatian warga untuk menjaga kelestarian area hutan dan lahan gambut di Dumai Selatan semakin meningkat. Menurut Binsar saat kawasan hutan dan lahan gambut di beberapa wilayah terjadi kebakaran terutama pada saat musim kemarau, lahan gambut di Bukit Timah, Dumai Selatan tetap aman. 

Di lain sisi, budidaya madu kelulut memberikan dampak ekonomi bagi ia dan anggotanya. Saat ini, kelompok tani hutan maju lestari memiliki sebanyak 9 penangkaran lebah kelulut dimana masing-masing penangkaran terdapat sekitar sepuluh rumah lebah kelulut. 

Madu lebah kelulut pun belakangan terakhir tengah digandrungi masyarakat untuk kesehatan. Menurut Binsar madu lebah kelulut selain memiliki banyak khasiat juga punya rasa yang berbeda dibandingkan dengan madu-madu lainnya. Saat ini harga madu kelulut mencapai Rp 400 ribu per kilogram.

“Memang hasilnya belum banyak. Karena kemarau panjang ini berpengaruh besar pada pohon di sini yang menghasilkan nektar dan pollen untuk makanan lebahnya,” kata Binsar. 

Sementara itu Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Foead mengatakan revitalisasi ekonomi di lahan gambut yang terdegradasi berguna untuk memanfaatkan lahan agar menghasilkan nilai ekonomi masyarakat dan berhasil untuk mencegah kebakaran hutan.

“Lokasi ini merupakan bukti bahwa program restorasi gambut dalam bentuk revitalisasi ekonomi berhasil mencegah kebakaran hutan. Lahan yang terdegradasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat dan tidak terlantar, sehingga tidak mudah terbakar karena adanya rasa kepemilikan masyarakat terhadap area tersebut untuk menjaga lahan," kata Nazir Foead saat meninjau area gambut di Dumai, Riau. 

Sementara berdasarkan data BRG terdapat 678.000 hektare lahan gambut yang telah dilakukan pembasahan agar mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Sementara sebanyak 33.000 hektare lahan gambut di beberapa daerah masih kerap terjadi kebakaran. BRG pun menargetkan pada 2020 restorasi gambut di wilayah non konsesi mencapai 900.000 hektare. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement