REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi meminta perguruan tinggi aktif memberikan pendampingan kepada desa. Pendampingan bertujuan agar pemerintah desa paham bagaimana membangun desanya berdasarkan potensi dan tantangan yang dimiliki.
"Saya mengapresiasi kegiatan Universitas Jember Membangun Desa yang salah satunya diwujudkan melalui Program Kuliah Kerja Nyata tematik, yang terbukti mampu memberikan kontribusi kepada desa," kata Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDTT Samsul Widodo di Kabupaten Jember, Kamis (10/10).
Hal tersebut disampaikan saat memberikan sambutan Festival Universitas Jember Membangun Desa (UMD) yang digagas Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember (Unej) di Auditorium Universitas Jember, Rabu (9/10).
Ia menjelaskan pemerintah berencana mengucurkan dana Rp 400 triliun untuk Dana Desa pada 2020 hingga 2024. Dana ini akan dialokasikan kepada 74 ribu lebih desa di Indonesia. Sehingga setiap desa memperoleh Rp 1 miliar per tahun. Penyalurannya tentu wajib diikuti dengan langkah pendampingan dan pengawasan agar dana yang disalurkan tepat sasaran.
"Oleh karena itu pemerintah memerlukan mitra yang dapat menjadi pendamping desa, salah satunya dari kalangan perguruan tinggi," ucap alumnus FISIP Unej itu.
Ia berharap, dengan pendampingan dari perguruan tinggi, maka Dana Desa tidak selalu disalurkan dalam bentuk proyek pembangunan infrastruktur. Karena berdasarkan data yang dikumpulkan Kemendes PDTT, sebagian besar Dana Desa fokus pada pembangunan infrastruktur. Pada 2015 hingga 2019 ada 191.600 kilometer jalan yang dibangun, 959.569 fasilitas air bersih, 1,1 juta meter jembatan baru, dan 50.854 kegiatan PAUD baru.
"Pembangunan infrastruktur dengan Dana Desa tetap penting karena di beberapa sektor memang masih membutuhkan, misalnya baru 50.854 fasilitas MCK yang dibangun, sementara menurut Kementerian Kesehatan masih perlu lima juta fasilitas MCK untuk memenuhi kebutuhan seluruh desa di Indonesia," katanya.
Samsul juga berharap, desa dapat menemukan dan mengembangkan potensinya yang dapat memberikan pemasukan bagi warganya agar kemanfaatan Dana Desa bisa lestari. "Saya sudah melihat sendiri bagaimana Desa Cindea Bulu di Kabupaten Pangkajene Kepulauan di Sulawesi Selatan yang semula tidak dikenal kini berubah menjadi desa wisata berkat sentuhan mahasiswa Universitas Jember peserta Program Kuliah Kerja Nyata tematik," ujarnya.
Rektor Universitas Jember Moh Hasan menyampaikan, Unej saat ini tidak hanya mendampingi desa-desa di Besuki Raya melalui Program Kuliah Kerja Nyata tematik. Tapi juga merambah daerah lain semisal Pacitan bahkan hingga Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Bangka Belitung.
"Selain itu, kami membina 300 desa di Besuki Raya sebagai desa binaan. Artinya setiap tahun ada mahasiswa yang akan menjalankan Program Kuliah Kerja Nyata tematik di sana, termasuk menjadi desa lokasi kegiatan pengabdian masyarakat para dosen dengan berbagai penelitiannya," katanya.
Ketua LP2M Universitas Jember Prof Achmad Subagyo mengatakan kegiatan Festival Unej Membangun Desa sebagai panggung yang mampu memberikan inspirasi bagi mahasiswa dan dosen Unej beserta PTN dan PTS di Jawa Timur dalam rangka mensynergikan program KKN tematik. "Kami mengundang stakeholder (pemangku kepentingan), seperti pemerintah daerah, NGO, PTN dan PTS di Jawa Timur dalam kegiatan Festival UMD. Selain diskusi, festival itu dimeriahkan pameran hasil KKN dari Universitas Jember dan perguruan tinggi lainnya," tuturnya.