Rabu 09 Oct 2019 07:37 WIB

Stasiun Gambir tak Layani Kereta Jauh Lagi

Kemenhub dan BPTJ akan menata arus lalu lintas sekitar Stasiun Manggarai.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Bilal Ramadhan
Penumpang memasuki peron di Stasiun Gambir, Jakarta, Sabtu (1/6
Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Penumpang memasuki peron di Stasiun Gambir, Jakarta, Sabtu (1/6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan memastikan nantinya kereta api (KA) jarak jauh tak lagi dilayani di Stasiun Gambir. Hanya saja, untuk mencapai hal tersebut, banyak proses yang perlu diselesaikan terlebih dahulu, khususnya proyek jalur dwiganda di Stasiun Manggarai.

Kasubag Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Supandi, mengatakan, pada akhir 2021 memang ditargetkan KA jarak jauh sudah tak berhenti di Stasiun Gambir. Dengan begitu, penumpang KA jarak jauh tidak lagi dilayani di Stasiun Gambir.

"Jadi, prinsipnya saat Stasiun Manggarai sudah selesai dan beroperasi (jalur dwiganda), maka KA jarak jauh berhenti di sini, tidak di Stasiun Gambir lagi," kata Supandi kepada Republika, Selasa (8/10).

Untuk itu, pemerintah tengah mengebut pembangunan jalur bertingkat di Stasiun Manggarai. Pembangunan jalur tersebut untuk memudahkan lalu lintas kereta, termasuk kereta Bandara Soekarno-Hatta yang saat ini sudah dioperasikan di Stasiun Manggarai.

Direktur Prasarana Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Heru Wisnu mengatakan, Stasiun Manggarai akan dibuat tiga jalur. Semula, di Stasiun Manggarai terdapat tujuh jalur aktif untuk melayani perjalanan kereta api dari enam arah.

Ketujuh arah tersebut, yaitu jalur utama Jakarta Kota-Lintas Utama Jawa, KRL Jakarta Kota-Bogor, KRL Jakarta Kota-Bekasi, KRL Jatinegara-Bogor, KRL Feeder Duri-Manggarai, dan Lintasan Angkutan Barang Merak-Citayam-Nambo serta Sukabumi-Kampung Bandan.

Semua operasi tersebut berada dalam satu bidang sehingga terjadi antrean untuk memasuki Stasiun Manggarai. Antrean tersebut mengganggu kelancaran arus penumpang dan barang karena jumlah penumpang kereta api terus meningkat.

Oleh karena itu, Stasiun Manggarai dibuat bertingkat yang merupakan bagian dari proyek dwiganda untuk pemisahan jalur sehingga mengurangi antrean kereta masuk. “Nantinya, Stasiun Manggarai akan diatur memiliki tiga jalur,” ujar Heru.

Dia menjelaskan, KA jalur utama akan berakhir di Stasiun Manggarai dan sebagian di Stasiun Pasar Senen. Dengan begitu, lanjut dia, KRL tidak berpotongan dengan KA jalur utama di lintas tengah Manggarai-Kota.

Kedua, yaitu KA jalur utama akan terpisah dengan KRL dari Bekasi dengan dibangunnya jalur dwiganda dari Manggarai-Bekasi. Lalu ketiga, KRL Bekasi akan terpisah dengan KRL dari Bogor. KRL Jakarta-Bogor akan berada di lantai tiga Stasiun Manggarai, sedangkan Bekasi-Tanahabang-Jatinegara berada di lantai satu Stasiun Manggarai.

“KA Bandara akan beroperasi di lantai satu dengan rute Manggarai-Duri-Batuceper-Bandara Soekarno-Hatta,” ujar Heru.

Sementara, lantai dua akan digunakan khusus untuk layanan penumpang dan komersial area. Setelah Stasiun Manggarai selesai dibangun, lanjut Heru, akan turut mendukung target penumpang per hari 1,2 juta orang pada 2019. “Hal ini perlu didukung pengembangan interkoneksi dengan moda lain, antara lain, lintas raya terpadu (LRT) dan Transjakarta,” kata Heru menjelaskan.

Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan, akan mendiskusikan soal penataan Stasiun Manggarai. Karena, dengan berpindahnya pusat kereta jauh, arus lalu lintas di sekitar Stasiun Manggarai akan padat.

"Biasanya Pak Menteri (Budi Karya Sumadi) pasti selalu kalau ada perubahan terhadap skema untuk satu terminal satu simpul transportasi," kata Budi.

Dia memastikan, nantinya akan melibatkan pihak terkait lainnya untuk mengatasi kepadatan lalu lintas di Stasiun Manggarai. Budi juga menuturkan, akan berkoordinasi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

"Mungkin BPTJ juga akan membantu pihak kereta api seperti kasus yang ada belakangan ini. Setiap pengembangan moda transportasi pasti akan didukung dengan transportasi yang lain," ujar Budi menjelaskan.

Hal tersebut, menurut dia, akan sangat sesuai dengan skema transit oriented development (TOD). Jadi, Budi menambahkan, semua pihak akan mendukung sehingga masyarakat yang akan berpindah dari satu moda transportasi ke moda lain akan lebih maksimal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement