REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial mendorong lembaga organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, pendidikan tinggi, lembaga tingkat kabupaten/kota untuk bersinergi dan lebih progresif dalam bekerja menyambut fenomena lonjakan populasi lanjut usia (lansia) atau ageing population. Sebab, jumlah lansia makin banyak.
"Sehebat apapun kota, sebanyak apapun anggaran, Kemensos tetap membutuhkan kerja sama dari berbagai elemen bangsa," kata Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Kemensos Andi Hanindito dalam pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Lanjut Usia Indonesia di Jakarta, Selasa (8/10).
Ia mengatakan Indonesia saat ini mulai memasuki periode populasi lansia, yakni periode meningkatnya umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lanjut usia. Fenomena tersebut, katanya, merupakan dampak dari meningkatnya populasi menua dengan proporsi lanjut usia terhadap jumlah penduduk suatu negara semakin besar.
Ia menyampaikan data hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 yang menunjukkan terdapat sebanyak 24,49 juta penduduk lanjut usia di Indonesia saat ini. "Angka tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk lansia dengan persentase 9,03 persen dari total penduduk di Indonesia," katanya.
Persentase tersebut, katanya, menunjukkan bahwa Indonesia sudah dapat dikatakan berstruktur tua karena memiliki populasi lanjut usia di atas tujuh persen. Dari total 24 juta jiwa tersebut, katanya, kurang lebih dua juta di antaranya berkategori "tidak potensial" karena mereka dalam kondisi tidak bisa beraktivitas lagi seperti biasanya.
Secara ekonomi, para lansia juga tergolong tidak mampu. Karena itu, Kemensos berharap agar sejumlah organisasi kemasyarakatan, pendidikan tinggi dan lembaga bekerja keras semaksimal mungkin membantu para lansia agar memiliki kemandirian, hidup sejahtera dan bermartabat.
Lembaga akademisi, lembaga kesejahteraan sosial dan juga panti di seluruh indonesia diajak untuk berkoordinasi menyinkronkan program dan kegiatan yang difokuskan untuk meningkatkan kemandirian lansia. "Karena ke depan urusan lanjut usia tidak lagi berurusan dengan masalah masa lalu, tetapi urusan masa depan," kata Andi Hanindito.