Ahad 06 Oct 2019 10:50 WIB

Panglima: Besok Proses Belajar di Wamena Normal

Penduduk lokal Papua tak ingin proses pendidikan di Wamena dan sekitarnya terhenti.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Karta Raharja Ucu
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto
Foto: Dok Puspen TNI
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penduduk lokal Papua tak ingin proses pendidikan di Wamena dan sekitarnya terhenti. Mereka berharap proses belajar-mengajar dapat berlangsung seperti di daerah-daerah lain demi memajukan pendidikan anak-anak di wilayah itu. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, keinginan warga lokal yang wilayahnya mengalami kerusuhan tersebut dapat segera terwujud pada Senin (7/10).

"Penduduk setempat juga menginginkan pendidikan untuk SD, SMP, SMA terus berjalan walaupun sekarang agak terganggu. Dari informasi yang kita peroleh, mulai hari Senin pendidikan sudah normal kembali," ujar Hadi seusai upacara HUT ke-74 TNI di Taxy Way Echo Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (5/10).

Selain soal pendidikan, kata Panglima, ia juga memperoleh informasi yang menyebut warga lokal Papua tak ingin para pendatang pulang ke kampung halaman. Tak sedikit pula warga lokal Papua maupun pendatang yang menginginkan permasalahan di Papua segera tuntas dan situasi keamanan bisa dikembalikan seperti sediakala.

"TNI menggelar kekuatan dalam rangka mendu kung Polri di beberapa tempat, termasuk di Jaya pura dan Wamena. Tujuannya adalah memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa stabilitas keamanan terus akan kita jaga sehingga perekonomian terus berjalan dengan baik," kata mantan kepala staf Angkatan Udara itu.

Terkait logistik, Hadi menjelaskan, saat ini sudah tidak ada masalah. Bantuan kesehatan, termasuk dapur lapangan, yang ada di Wamena semuanya sudah berjalan dengan baik. Ia menyeb ut jumlah pengungsi yang ada di Wamena yakni sebanyak 3.800 jiwa. Para pengungsi tersebut berada di markas milik aparat keamanan."Sedangkan, di Jayapura 8.600 pengungsi, tapi yang ada di penampungan kurang kebih 3.500.Sekitar 5.000 orang lainnya karena ikut saudaranya yang ada di wilayah Jayapura," ujar dia.

Di tempat terpisah, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menegaskan, kasus kerusuhan di Wamena bukan kasus suku, ras, dan agama (SARA), melainkan kasus insidental yang dilakukan kelompok masyarakat. Untuk itu, pihaknya sudah menyampaikan dan mengimbau warga yang berada di pengungsian agar kembali ke Wamena.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement