Sabtu 05 Oct 2019 12:16 WIB

Warga Wamena Mulai Tinggalkan Pengungsian

Pemerintah menjamin keamanan masyarakat di Wamena.

Kondisi Wamena, Papua pascaricuh ( Ilustrasi)
Foto: AP
Kondisi Wamena, Papua pascaricuh ( Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Ribuan warga Wamena, Papua, telah kembali ke rumah masing-masing setelah mengungsi pascaterjadinya kerusuhan pada Senin (23/9) lalu. Sebagian warga juga telah beraktivitas karena merasa kondisi di wilayah itu cukup kondusif.

Warga mengungsi di beberapa titik, antara lain, di markas polres dan markas Kodim 1701 Jayawijaya. Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua mengatakan, pengungsi di Makodim yang sebelumnya mencapai 3.500 orang sudah berkurang menjadi 2.500 orang. "Di polres yang saat itu jumlahnya hampir sama dengan di Kodim, sudah berkurang menjadi sekitar 1.400 orang. Sementara di Gereja GKI tersisa 100 orang,\" kata Richard di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Jumat (4/10).

Dia menjelaskan, sebagian pengungsi memutuskan kembali ke rumah karena sudah ada jaminan keamanan dan situasi sudah membaik. Selain itu, listrik yang sempat padam pascakerusuhan telah kembali menyala.

Richard berharap masyarakat tidak keluar dari Jayawijaya karena situasi sudah kondusif. "Kita lihat masyarakat sudah mulai beraktivitas seperti biasa, misalnya, kios, toko, penjual sayur-mayur," katanya.

Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengatakan, ada pengurangan jumlah pengungsi yang sebelumnya tinggal di Makodim. "Ini penurunan jumlah yang cukup signifikan. Saat ini 2.500 orang. Sebanyak 1.000 orang sudah keluar dari Kodim," ujarnya.

Para pengungsi Wamena yang kini mengungsi di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, Papua, berharap situasi keamanan di Wamena segera pulih agar mereka bisa kembali untuk berusaha di ibu kota Kabupaten Jayawijaya itu. Sahrawi, salah seorang pengungsi Wamena saat ditemui di pengungsian di Timika, mengatakan, ia ingin segera kembali ke Wamena karena seluruh aset usahanya masih berada di sana.

"Kalau situasi di sana sudah aman, saya mau kembali ke Wamena. Sekarang saya fokus mengantar istri dan anak kembali ke kampung terlebih dahulu," katanya.

Sahrawi bersama keluarganya mengungsi ke Timika pada Jumat (27/9). Saat itu, sebanyak 87 pengungsi Wamena dievakuasi ke Timika menggunakan pesawat Hercules TNI AU.

Warga kelahiran Desa Rabasan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, itu sudah 11 tahun bermukim di Wamena dan berprofesi sebagai tukang ojek. Bersama keluarganya, Sahrawi tinggal di Gang Kingmi, Jalan Trikora, belakang Bank Mandiri Wamena.

Lokasi tempat tinggalnya luput dari amuk massa saat kerusuhan melanda Wamena pada Senin (23/9) yang merenggut puluhan nyawa dan membakar habis ratusan bangunan milik pemerintah maupun swasta di kota itu. Saat meninggalkan Wamena untuk mengungsi ke Timika, Sahrawi mengaku menitipkan rumah serta aset berharga miliknya seperti sepeda motor kepada warga lokal.

"Saya sudah mengenal mereka sejak lama, sudah seperti saudara sendiri. Mereka katakan, yang membuat kekacauan di Wamena itu orang luar, orang dari gunung.\"

Pengungsi lainnya, Yohanes, sependapat dengan imbauan pemerintah dan aparat TNI-Polri agar para pengungsi segera kembali ke Wamena. "Kalau semua pergi dari Wamena, tentu orang yang berbuat kejahatan malah makin besar kepala," kata Yohanes.

Jaminan keamanan

Pemerintah pusat memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat Wamena meskipun meski ribuan warga telah melakukan eksodus dari wilayah tersebut. Kepala Staf Presiden Moeldoko menyampaikan, pemerintah terus berupaya memulihkan stabilitas keamanan di Wamena.

"Jaminan keamanan sedang berjalan. Besarnya jumlah kekuatan keamanan yang terlibat bagian dari salah satu upaya memberikan jaminan keamanan,\" kata Moeldoko, Jumat (4/10).

Moeldoko menyadari warga di sana memiliki kekhawatiran terhadap situasi keamanan. Prioritas utama pemerintah saat ini, ujarnya, mengembalikan stabilitas keamanan agar masyarakat kembali merasa aman dan mengurangi aliran eksodus warga.

"Itu yang diciptakan sekarang dan ini domainnya Pak Menko Polhukam dan beliau akan ke sana lagi untuk menjaga situasi," katanya.

Sebanyak 11 ribu orang dilaporkan telah meninggalkan Wamena sejak peristiwa kerusuhan terjadi pada Senin (23/9) hingga Kamis (26/9). Eksodus besar-besaran pendatang dan warga asli Papua dari luar Wamena dikhawatirkan mengganggu perekonomian wilayah di pegunungan tengah tersebut. Sebanyak 7.467 orang meninggalkan Wamena dengan penerbangan Hercules TNI AU dan 4.179 orang menggunakan penerbangan komersial.

Menko Polhukam Wiranto menegaskan, jajaran Polri dan TNI akan mengerahkan sekuat tenaga untuk memberikan jaminan keamanan di Wamena. Pemerintah juga berusaha melakukan stabilisasi keamanan di daerah Papua lainnya. "Yang terpenting, kami segera bisa menetralisasi trauma dan menjamin keamanan masyarakat," katanya dalam konferensi pers, Jumat.

Wiranto menambahkan, para tetua dan tokoh adat setempat meminta masyarakat pendatang untuk kembali melanjutkan kehidupan di Wamena dan tidak pergi ke daerah lain. Menurut dia, masyarakat pendatang di Wamena rata-rata adalah pedagang yang selama ini memasok kebutuhan masyarakat dan menghidupkan roda perekonomian rakyat.

"Bisa dibayangkan kalau mereka (warga pendatang) tiba-tiba eksodus maka roda perekonomian daerah itu bisa mati dan macet. Jadi, saling membutuhkan," ujarnya.

Ia mengajak masyarakat Wamena dan daerah sekitar yang terdampak kerusuhan untuk membantu menciptakan rasa aman di daerahnya, termasuk bagi warga pendatang.

Di sisi lain, kata Wiranto, pemerintah juga harus memberikan jaminan keamanan secara utuh di Wamena dan sekitarnya yang sampai saat ini masyarakatnya masih trauma karena serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement