Sabtu 05 Oct 2019 11:25 WIB

37 Jiwa Meninggal dan 36 Luka Berat Akibat Gempa Maluku

BNPB menyatakan pengungsian tersebar sehingga menyulitkan pendistribusian logistik.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Bangunan yang rusak akibat gempa bumi di wilayah Liang Ambon, Maluku, Jumat (27/9/2019).
Foto: dok. Humas BNPB
Bangunan yang rusak akibat gempa bumi di wilayah Liang Ambon, Maluku, Jumat (27/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 37 jiwa meninggal dunia dan 36 orang luka berat akibat bencana gempa bumi di Maluku, 25 September 2019 lalu. BNPB juga menyebutkan gempa membuat 1.231 orang mengalami luka ringan dan 111.490 orang mengungsi 

"Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan data tersebut tercatat pada Pos Komando (Posko) Penanganan Darurat Bencana Gempa Provinsi Maluku per 4 Oktober 2019, pukul 18.00 WIT. "Jumlah pengungsian terbanyak teridentifikasi di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng)," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (5/10).

Baca Juga

Ia mengatakan jumlah pengungsi di Maluku Tengah mencapai 65.694 orang, kemudian Seram Bagian Barat (SBB) 42.856 dan Kota Ambon 2.940. Tercatat, data korban meninggal di Kabupaten Malteng 15 jiwa, SBB 11 jiwa, dan Ambon 11 jiwa.

Ia menambahkan, gempa tidak hanya mengakibatkan korban jiwa tetapi kerusakan infrastruktur. Pada sektor pemukiman, ia menyebutkan, total rumah rusak berat sejumlah 1.911 unit, rusak sedang 1.802 dan rusak ringan 3.486.

Posko di wilayah-wilayah terdampak melakukan upaya di berbagai sektor, seperti kesehatan personel memberikan bantuan makanan khusus bagi balita (PMT) dan mengidentifikasi makanan tambahan yang dibutuhkan selama di pengungsian. Selain itu, posko mengkoordinir dalam pendistribusian logistik kepada warga terdampak.

Ia menambahkan, selama penanganan darurat, beberapa kendala dihadapi di lapangan. Pengungsian yang ada tersebar dan tidak berada pada titik kumpul di masing-masing desa atau dusun. 

"Ini sangat menyulitkan terkait dengan pendataan angka pengungsi dan pendistribusian logistik," ujarnya.

Selain itu, ia menyebutkan, beberapa jenis logistik diakui masih minim dari yang diharapkan oleh mereka yang masih mengungsi, seperti tenda atau terpal. Posko mengidentifikasi sejumlah kebutuhan yang masih diperlukan selama penanganan darurat ini, seperti selimut, matras, air minum, air bersih dan kebutuhan logistik kesehatan.

Di sisi lain, ia mengakui kebutuhan personel dengan latar belakang kesehatan juga masih dibutuhkan seperti dokter umum, bidan dan perawat, apoteker dan tenaga psikososial. "Beberapa kendala lain yaitu terbatasnya sarana dan prasarana dalam distribusi ari bersih, terputusnya akses jalan dan jembatan sehingga mempengaruhi pasokan bahan bakar ke SBB," katanya.

Ia menambahkan, pendataan di berbagai sektor masih terus dilakukan pascagempa, sedangkan di wilayah Malteng terdapat kendala dalam kesulitan komunikasi pengiriman data. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement