Jumat 04 Oct 2019 21:14 WIB

Memandu Penerbangan Setiap Waktu

Militer Dunia mengapresiasi fasilitas penerbangan di Indonesia.

Pemandu lalu lintas udara AirNav Indonesia memantau pergerakan lalu lintas udara pesawat melalui layar radar di menara kontrol (Air Traffic Controller/ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (6/8).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pemandu lalu lintas udara AirNav Indonesia memantau pergerakan lalu lintas udara pesawat melalui layar radar di menara kontrol (Air Traffic Controller/ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Pagi-pagi buta saya sudah berada di Bandar Udara (Bandara) Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara menuju Jakarta pada Sabtu (28/9) lalu. Rasa ngantuk tak tertahan karena saya tidak tidur sama sekali. Pengalaman ketinggalan pesawat selalu menjadi memori buruk yang selalu terngiang di ingatan saya setiap kali harus bepergian dengan pesawat.

Bepergian dengan pesawat memang selalu menjadi tantangan tersendiri buat saya. Mengurus tiket, bagasi, menunggu pesawat, belum laga akses menuju bandara dari tengah kota yang memakan waktu. 

Ketika pesawat sudah ‘mengangkasa’, bukan berarti tidak ada drama lainnya. Cuaca buruk yang kerap menyebabkan terjadinya turbulensi membuat jantung berdebar-debar. Apalagi ketika pilot atau pramugara dan pramugari menginstruksikan para penumpang mengencangkan sabuk pengaman di tengah kondisi panik dalam pesawat. Rasanya ingin cepat-cepat saya tiba di kota tujuan agar tidak perlu lama-lama berada di atas ketinggian 30 ribu kaki. 

Di balik keluh kesah saya sebagai penumpang, ternyata banyak orang yang bersusah payah memantau penerbangan pesawat. Bukan hanya pilot dan awak kabin saja, melainkan juga orang-orang di bandara termasuk petugas Air Traffic Control (ATC). Kinerja ATC kinerja berada di bawah Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau Air Navigation (AirNav) Indonesia. 

ATC berperan vital dalam urusan penerbangan. ATC memberikan informasi yang cukup jelas dari pengarahan di darat, di atas maupun pas landing. Termasuk jika pilot menghadapi kendala di udara ketika menerbangkan pesawat. Tanggung jawab besar dipikul para petugas ATC.

Ya, ATC merupakan bagian penting dari AirNav Indonesia. Secara keseluruhan, AirNav Indonesia mengeluarkan dana investasi sebesar Rp 1,9 triliun pada 2018 lalu untuk meningkatkan kualitas pelayanan penerbangan. Dari jumlah dana tersebut, sekira Rp 189 miliar dipergunakan untuk penguatan radar. 

Sebelumnya, AirNav Indonesia juga telah menambah lima radar. Lima radar tersebut dibeli pada 2016 lalu dengan harga senilai Rp 146 miliar. Kelima radar tersebut ditempatkan di empat lokasi yakni dua di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kemudian, satu radar di Yogyakarta, Pekanbaru, dan Padang. Memandu penerbangan setiap waktu boleh dibilang seperti itu kerja AirNav Indonesia. 

photo
Suasana memantau penerbangan di Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado.

Ketika berada di Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Republika.co.id dan sejumlah wartawan lainnya berbincang dengan General Manager AirNav Indonesia cabang Bandara Internasional Sam Ratulangi Danan Seseno. Ia menjawab panjang lebar terkait aktivitas terkait penerbangan pesawat. 

Intinya, penerbangan pesawat melibatkan banyak pihak dan rumit. Danan menjelaskan, seorang pilot harus bisa membaca titik-titik koordinat jalur penerbangan yang sibuk di angkasa. Danan memperlihatkan peta penerbangan dipasang di kantor AirNav Indonesia cabang Bandara Internasional Sam Ratulangi. 

Terlihat secara detail rute-rute berupa titik-titik garis penerbangan pesawat. Dilihat kasat mata sangatlah rumit. Ketelitian sangatlah diperlukan. Ternyata lalu lintas di udara tidak kalah padatnya dengan di darat ataupun laut. Kurang lebih begitu apa yang Republika.co.id cerna dari penjelasan Danan. 

Saya pun langsung malu ketika mengingat keluh kesah saya setiap kali berurusan dengan penerbangan. Hal ini karena keluh kesah saya tak sebanding dengan tanggung jawab besar banyak orang di balik penerbangan yang acapkali saya lalui. Misalnya, ATC dan Airnav Indonesia secara rutin berkoordinasi dengan pilot untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi selama penerbangan. Sebut saja, jika ada jalur-jalur yang terbilang bahaya bisa dievaluasi, apakah perlu dibuah atau tidak. 

Aktivitas Penerbangan di Sam Ratulangi

Republika.co.id berkesempatan mengecek langsung para petugas di Menara Bandara Internasional Sam Ratulangi. Dari atas menara terlihat jelas deretan pesawat milik beragam maskapai penerbangan yang sedang ‘parkir’. Pesawat yang baru landing ataupun take-off juga terpantau jelas dari menara. 

Fasilitas dan peralatan canggih untuk memonitor aktivitas penerbangan tersedia di menara. Beserta para petugasnya yang sibuk bekerja. Dipimpinan Danan, rombongan media dijelaskan secara detail aktivitas di dalam menara. Sesekali tawa lepas terdengar memecah keseriusan yang mendomonasi susana kerja di menara. “Di sini lah teman-teman menjalankan pemanduan pesawat,” ujar Danan. 

Traffic Movement pesawat di Bandara Internasional Sam Ratulangi boleh dibilang cukup sibuk. Ada enam maskapai penerbangan yang mondar-mandir di Bandara Internasional Sam Ratulangi setiap harinya. Frekuensi penerbangan per destinasi dari Manado ke masing-masing kota tujuan juga lumayan. Misalnya, dari Manado ke Jakarta sebanyak delapan kali per hari. 

photo
Peta lalu lintas penerbangan di udara.

Total ada 14.954 traffic movement di Bandara Internasional Sam Ratulangi terhitung Januari sampai Agustus 2019. Lalu lintas penerbangan di Manado memang semakin ramai. Bahkan, rute penerbangan baru diresmikan pekan lalu di Bandara Internasional Sam Ratulangi, yakni Manado-Davao City (Filipina) pulang pergi. “Ada yang menarik di Manado kalau saya monitor ada tujuh penerbangan internasional yang eksis. Rute terbaru Davao City - Manado pulang pergi,” kata Danan. 

Selain Garuda Indonesia, penerbangan internasional juga dilakoni maskapai Lion Air dengan rute Manado ke Cina, Sriwijaya Air dengan tujuan Manado ke Cina, serta Silkair dengan rute Manado-Singapura. Secara umum total operasional penerbangan di Bandara Internasional Sam Ratulangi rata-rata 60 penerbangan setiap hari.

Melihat cukup ramainya aktivitas penerbangan, Bandara Internasional Sam Ratulangi memiliki fasilitas baru bernama instrument landing system (ILS). Alat ini membantu para pilot maskapai penerbangan untuk mendaratkan pesawatnya dalam keadaan cuaca buruk.  “Jadi, instrument landing system menjadi pemandu (para pilot maskapai) yang hendak mendarat, vertikal dan horisontal,” kata Danan.

Danan mengatakan, ILS memiliki teknologi yang memandu pesawat dalam dua dimensi, yakni horisontal dan vertikal. Khusus Manado dan daerah lain mempunyai kontur bukit yang banyak. Tentu hal ini akan membuat pilot takut mendarat saat cuaca kurang bagus. Misalnya, kondisi hujan.

“Karena kalau pakai alat terbaru ini pilot  hanya melihat pada instrumen saja, jadi di luar gelap pun pilot dapat mengikuti apa yang ditunjukkan indikator itu. ILS akan dituntun pada arah landasan pacu yang bagus. Dalam hal ini dia tidak melenceng ke kanan dan kiri tidak terlalu tinggi atau rendah,” kata Danan. 

Idealnya, setiap bandara memiliki perangkat yang disebut ILS. Dengan adanya ILS maka standar keselamatan penerbangan menuju suatu bandara dapat lebih terjamin.

Penerbangan yang dilakukan malam hari dapat berlangsung dengan adanya ILS, pun pilot dapat mendaratkan pesawat tatkala cuaca buruk dengan sudut pandang terbatas, itu juga dapat dilakukan berkat adanya ILS.

photo
Royal Australian Air Force (RAAF) di Bandara Internasional Sam Ratulangi.

Dunia Melihat Bandara Sam Ratulangi

Fasilitas Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara tak kalah saing dengan bandara lainnya di Asia Tenggara. Terbukti milter dari Australia dan Amerika Serikat (AS) berlatih di Bandara Internasional Sam Ratulangi. 

Republika.co.id berbincang dengan Royal Australian Air Force (RAAF) di Bandara Internasional Sam Ratulangi, akhir pekan lalu. Mereka menceritakan secara singkat pengalaman berlatih di Bandara Internasional Sam Ratulangi. 

Squadron Leader dan Senior Engineering Officer RAAF, Dominic Pace mengatakan, fasilitas di Bandara Internasional Sam Ratulangi setara dengan tempat lainnya yang pernah dikunjunginya. Indonesia tak kalah saing dengan negara Asia Tenggara lainnya, bahkan dunia. “Ketika kami sampai di sini kami menemukan bahwa semua peralatan yang kita butuh ada di sini,” kata Pace.

Pace mengatakan, para teknisi di Manado juga memiliki keahlian yang luar biasa baik. Meski sistem pengoperasian bandara di Manado berbeda dengan di Australia, dia mengaku hal itu tidak berarti tak berstandar internasional. Pace pun akan dengan senang hati kembali ke Manado untuk berlatih bila diundang lagi oleh TNI AU.

Petugas Air Traffic Control (ATC) Australia, Samantha Lorenz sedikit menambahkan. Menurut pengamatannya, fasilitas Bandara Internasional Sam Ratulangi dalam kondisi aman digunakan. “Semuanya memang cukup berbeda dari apa yg saya biasa gunakan di Australia. Tetapi, semua yang mereka lakukan di sini meski berbeda tetaplah aman. Sesuai standar, dan prosedur, semuanya aman,” ujar Lorenz. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement