Kamis 03 Oct 2019 08:08 WIB

Pengungsi Wamena Mulai Terserang Diare dan Gatal-Gatal

Kondisi pengungsian tidak nyaman dan serba keterbatasan fasilitas.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Nora Azizah
Pengungsi asal Wamena, Papua yang diangkut menggunakan pesawat Hercules tiba di Lanud Pattimura, Ambon, Maluku, Rabu (2/10/2019).
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Pengungsi asal Wamena, Papua yang diangkut menggunakan pesawat Hercules tiba di Lanud Pattimura, Ambon, Maluku, Rabu (2/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga yang mengungsi akibat kerusuhan Wamena di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, kini mengalami diare dan gatal-gatal. Selain diare dan gatal-gatal, para pengungsi kerusuhan Wamena tersebut juga menderita batuk dan demam.

"Kondisi pengungsian yang tidak nyaman dan serba terbatas menyebabkan pengungsi rentan mengalami penyakit," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat yang dihubungi dari Jakarta, Kamis (3/10).

Baca Juga

Harry merinci, Data pengungsi yang berobat sejak 23 September sampai 2 Oktober 2019 sebanyak 1.864 orang dengan jumlah yang dirawat inap sebanyak delapan orang. Kemudian di Poskes Kodim 1702/Jayawijaya sebanyak 921 orang berobat dan empat orang rawat inap, di Klinik Polres Jayawijaya sebanyak 834 orang dan empat rawat inap.

Di KSA Yonif 756/WMS dua orang berobat serta di Gereja GKI dan gereja Betlehem berobat di Puskesmas Wamena sebanyak 107 orang. Untuk membantu korban kerusuhan Wamena, Kementerian Sosial telah mengirimkan bantuan senilai Rp3,8 miliar. Bantuan tersebut berupa kebutuhan logistik, bantuan usaha ekonomi produktif dan santunan ahli waris bagi korban yang meninggal dunia.

Bantuan diberikan dalam bentuk penguatan dapur umum untuk 5.000 jiwa, 1.500 paket perlengkapan pakaian anak, 1.500 paket perlengkapan pakaian pria, 1.500 paket perlengkapan pakaian wanita, 2.500 matras, 1.500 tenda gulung/terpal, 2.500 selimut, 100 unit bantuan usaha ekonomi produktif.

Seperti diberitakan sebelumnya, kerusuhan meletus di Wamena menyusul aksi yang dipicu kabar soal tindakan rasial seorang guru di wilayah itu. Ratusan siswa SMA/SMK yang kebanyakan berseragam menuntut guru terkait diproses hukum.

Dalam perjalanan aksi, para peserta unjuk rasa menjadi emosional dan melempari sejumlah bangunan. Tindakan itu dibalas aparat keamanan dengan tembakan gas air mata dan penembakan. Aksi kemudian berujung ricuh dan massa melakukan pembakaran terhadap sejumlah gedung pemerintahan dan toko-toko.

Sedikitnya 33 orang meninggal dalam peristiwa itu. Korban meninggal datang dari warga asli setempat juga pendatang. Sedikitnya, 10 ribu warga di Wamena mengungsi saat ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement