Selasa 01 Oct 2019 19:00 WIB

Mau Ikut Demo ke DKI, 66 Pelajar SMK Terdeteksi Narkoba

Tes urine menunjukkan 66 pelajar SMK yang hendak ikut demo ke DKI positif narkoba.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah pelajar antre megikuti tes urine. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Sejumlah pelajar antre megikuti tes urine. (Ilustrasi)

 

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Polres Sukabumi mengungkap hasil pengecekan urine terhadap 74 pelajar SMK yang diamankan dari hasil operasi penyekatan terhadap siswa yang akan ikut demonstrasi ke Jakarta pada Senin (30/9) lalu. Menurut Kapolres Sukabumi Kota AKBP Wisnu Prabowo, 66 pelajar terbukti positif memakai psikotropika golongan benzodiazepine.

Baca Juga

"Mereka dibawa ke rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNK) Sukabumi dan rehabiitasi di Bogor," kata Wisnu kepada wartawan Selasa (1/10) sore.

Puluhan pelajar tersebut, menurut Wisnu, ditangkap di beberapa titik, yakni di Cibolang, Terminal A Baros, Stasiun Sukabumi, dan Stasiun Cisaat. Wisnu memerinci, sebanyak 55 siswa diamankan di wilayah hukum Polres Sukabumi Kota dan 19 siswa diamankan Polres Sukabumi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Wisnu mengatakan bahwa ajakan melalui akun Facebook dan grup Whatsapp. Ia menuturlan belum menemukan unsur terstruktur dan masif dari keinginan pelajar untuk terlibat dalam demonstrasi tersebut.

"Ajakan itu direspons dengan kesadaran sendiri ingin jalan-jalan ke Jakarta dan mengikuti aksi unjuk rasa," ungkap Wisnu.

Wisnu mengatakan, dari 74 siswa itu sebanyak 18 siswa warga Kota Sukabumi, sebanyak 47 siswa warga Kabupaten Sukabumi. Sementara itu, satu siswa asal Cianjur. Mereka berencana ke Jakarta menggunakan truk.

Benzodiazepine biasanya terdapat pada psikotropika golongan tiga dan empat.

Dikutip dari laman Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Benzodiazepine tergolong sebagai obat jangka pendek dan tak disarankan untuk pengunaan jangka panjang. Benzodiazepine biasanya digunakan bagi penderita kegelisahan (ansietas) berat.

Selain digunakan untuk obat ansietas, benzodiazepine juga digunakan sebagai obat insomnia dan serangan epilepsi berkepanjangan, sebagaimana dilansir oleh Medical News Today. Penggunaan zat benzodiazepine hanya diperbolehkan di bawah pengawasan ahli. Pasalnya, zat tersebut memiliki beberapa efek samping seperti kantuk, kebingungan, pusing, gemetar, gangguan koordinasi, gangguan penglihatan, bahkan dapat memicu perasaan depresi.

Dalam beberapa studi juga disebutkan, konsumsi benzodiazepine yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko demensia, khususnya bagi orang di atas 65 tahun. Sebagai zat adiktif, benzodiazepine dapat mengakibatkan ketergantungan.

Adiksi mulai muncul setelah penggunaan satu bulan, bahkan dalam dosis yang telah ditentukan sekali pun. Beberapa gejala ketergantungan benzodiazepine adalah sulit tidur, perasaan depresi, dan berkeringat.

Di titik paling parah, benzodiazepine juga dapat mengakibatkan overdosis. Beberapa gejalanya adalah depresi sistem saraf pusat, gangguan keseimbangan dan kontrol gerakan, termasuk kesulitan berbicara (cadel).

Meskipun demikian, kasus overdosis benzodiazepine tidak banyak ditemukan, kecuali jika zat tersebut telah dicampur dengan barbiturat, opioid, alkohol, atau antidepresan trisiklik. Komedian Nunung ditangkap pada Juli lalu juga akibat penggunaan benzodiazepine.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement