Selasa 01 Oct 2019 11:19 WIB

Muhammadiyah Sumbar: Tragedi Wamena Bukan Rasialisme

Warga Sumbar diminta tak terprovokasi terkait kerusuhan Wamena.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Muhammad Hafil
Peti jenazah warga Sumbar yang meninggal karena kerusuhan di Wamena Papua sampai di Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar, Kamis (26/9).
Foto: Febrian Fachri / Republika
Peti jenazah warga Sumbar yang meninggal karena kerusuhan di Wamena Papua sampai di Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar, Kamis (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumatra Barat, Shofwan Karim, mengatakan, tragedi di Wamena yang menewaskan sembilan orang warga Sumbar bukanlah konflik rasialisme. Kenyataannya menurut Shofwan ada 33 orang korban nyawa dan itu juga berasal dari berbagai suku pendatang lainnya seperti dari Jawa, Bugis, Madura, NTB, dan daerah lain.

Shofwan mengimbau warga Minangkabau agar tidak terpancing dengan provokasi berbau rasialis."Ini bukan soal rasialis. Ini kerusuhan dan itu dari pihak lain. Jangan terpancing adu domba, kita tetap Bhineka Tunggal Ika," kata Shofwan kepada Republika, Selasa (1/10).

Baca Juga

Shofwan menyebut saat ini semua elemen masyarakat harus fokus membantu warga perantau yang ingin pulang kampung atau yang ingin keluar dari Wamena untuk mencari tempat aman. 

Muhammadiyah Sumbar, kata Shofwan, juga ikut menggalang dana yang nantinya akan dikumpulkan melalui Pemprov Sumbar. 

Shofwan melihat sekarang ini berbagai elemen masyarakat mulai dari individu, pemda, ormas, mahasiswa, LSM serentak bergerak untuk membantu meringankan beban sanak saudara perantau yang kesulitan di Papua. 

Shofwan tak melarang ada sebagian warga yang berpikir kritis menanggapi tragedi Wamena. Tapi ia menekankan berpikir kritis harus tetap menilai secara objektif dan kepala dingin.

Saat ini pemerintah pusat, menurut Shofwan, telah melakukan pengusutan agar pelaku perusuh yang menewaskan 33 warga pendatang di Wamena ditangkap. 

"Mari kita semua warga Sumbar gotong royong bantu saudara-saudara kita di Papua," ujar Shofwan.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement