Selasa 01 Oct 2019 08:42 WIB

Tim Medis dan Teror Gas Air Mata

Tim medis sempat kebingungan bagaimana angkat para korban di pos darurat itu.

Mahasiswa peserta demonstrasi di sekitar Kompleks Parlemen Senayan diberikan pertolongan pertama oleh relawan tim medis di Pos Polsi di Depan Hotel Sultan, Jakarta, Senin (30/9).
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Mahasiswa peserta demonstrasi di sekitar Kompleks Parlemen Senayan diberikan pertolongan pertama oleh relawan tim medis di Pos Polsi di Depan Hotel Sultan, Jakarta, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Ronggo Astungkoro

Baca Juga

Aparat keamanan terus memukul mundur massa demonstrasi yang ada di daerah Semanggi, Jakarta Selatan. Senin (30/9), petang. Gas air mata dilepaskan ke arah pendemo yang menyebabkan mereka berlarian dan berpencar.

Tak sedikit dari mahasiswa dan pelajar itu membantu menggotong korban yang terkena gas air mata ke posko darurat medis yang ada di Pos Polisi depan Hotel Sultan. Sekira pukul 18.50 WIB, aparat mulai mendekat ke arah Halte Bus Transjakarta JCC, Senayan.

Letusan kembang api disahuti aparat dengan kalimat yang meminta massa untuk tidak melawan. Mereka meminta massa mahasiswa dan pelajar kembali ke rumah masing-masing dan jangan menganggap aparat sebagai musuh mereka.

Tak lama kemudian, aparat yang berada di dekat jembatan layang Ladokgi kembali melepaskan tembakan gas air mata ke arah massa yang berkerumun. Tak sedikit dari massa yang berlarian panik. Tak sedikit pula sepeda motor yang berlalu-lalang mengangkut korban yang terluka atau terkena gas air mata. Massa pun mulai mundur ke arah Semanggi.

Secara bersamaan, sejumlah sepeda motor melaju cepat di tengah kerumunan massa yang diminta membuka jalan. Suara knalpot dengan volume suara tinggi terdengar di sela ramainya suara massa dan suara dari mobil komando yang sudah lebih dulu menuju ke arah Semanggi.

Republika kemudian menuju titik kumpul korban dievakuasi, di Pos Polisi depan Hotel Sultan. Ada beberapa korban yang sedang ditangani oleh tim medis dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).

Korban yang baru datang dan terlihat kesulitan bernapas, wajahnya langsung disiram menggunakan air bersih. Kemudian, di area mata korban disemproti cairan NaCL atau cairan infus untuk menetralisasi pengaruh perih dari gas air mata.

Mereka yang kesulitan bernapas diberi bantuan bernapas menggunakan botol-botol oksigen. Di sana, terlihat seorang korban yang tak sadarkan diri dan terus coba disadarkan oleh temannya. Setelah berkali-kali diberikan oksigen, korban pun terbatuk dan kemudian tersadar, tapi kondisinya masih tak berdaya.

Di sela Republika melihat pertolongan pertama tersebut, para pemotor silih berganti yang menurunkan korban di pos itu. Mereka yang sudah mengantar korban kembali lagi ke kerumunan untuk mengangkut korban lainnya.

"Ini pos darurat sebenernya. Tadi kita nyamperin di titik mana ada korban. Tapi, karena tadi ada dua korban ditaruh di sini, jadi tadi kami buka pos darurat (di sini)," ujar Angga (22 tahun), yang membantu tim medis dari Walhi. Ia sempat meminta tolong untuk memanggilkan ambulans. Namun, mobil khusus pasien darurat tersebut tak kunjung datang.

photo
Mahasiswa dan pelajar mengevakuasi rekannya saat aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (30/9).

Tak lama setelah wawancara tersebut, seorang pengemudi ojek daring yang turut membantu mengevakuasi korban meminta tim medis menjauhi lokasi. Menurut dia, aparat keamanan beserta gas air matanya semakin mendekat ke lokas tim medis berada.

Massa pun kemudian berlarian. Tim medis sempat kebingungan bagaimana harus mengangkat para korban yang ada di pos darurat itu. Akhirnya, massa demonstrasi ikut membantu.

Sejumlah korban itu dibopong rame-rame. Sebagian korban diangkut menuju taman di bawah Jalan Layang Semanggi. Seorang pendemo yang emosi terlihat menendang sepeda motor yang ada di dekat pos polisi itu.

"Tadi ada banyak (korban). Paling sedikit ada belasan yang kumpul. Ambulans nggak ada karena udah bawa korban yang lebih parah yang nggak bisa denger sama nggak bisa atur napas," kata Ima (21), mahasiswa yang membantu relawan tim medis.

Sempat menumpuk di jalur bawah Semanggi, massa mulai terlihat berpencar dan tak lagi memenuhi area tersebut pada pukul 19.30 WIB. Mereka berjalan ke segala arah menjauhi Kompleks Parlemen Senayan. Tak banyak yang masih bertahan di simpang Semanggi. n ed: ilham tirta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement